ISTANBUL, (Panjimas.com) — Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam langkah Presiden Mesir Abdul Fattah al-Sisi atas eksekusi mati sembilan anggota Ikhwanul Muslimin di Mesir. Erdogan menilai langkah Mesir benar-benar tidak dapat diterima
“Mereka membunuh sembilan orang-orang muda baru-baru ini. Ini bukan sesuatu yang dapat kita terima,” pungkas Erdogan, Ahad (24/02) lalu, dilansir dari Al Jazeera.
Pada Rabu lalu, sembilan pria dihukum dengan tuduhan pembunuhan jaksa penuntun umum Mesir pada 2015. Namun, Erdogan menilai, keputusan pengadilan, pemilihan umum, dan bahkan keadilan di Mesir adalah omong kosong belaka.
Menurutnya Mesir menggunakan sistem otoriter, bahkan totaliter. Hingga kini, Erdogan menolak melakukan pembicaraan dengan Sisi.
“Sekarang, saya menjawab pertanyaan mengapa Erdogan tak berbicara dengan Sisi? itu karena ada mediator yang datang ke Turki. Dan saya tidak akan pernah berbicara dengan seseorang seperti dia (Sisi),” ujar Erdogan.
Hubungan antara kedua negeri sejak lama tak akur sejak Militer Mesir yang kemudian dipimpin Sisi, menggulingkan sekutu Erdogan, Presiden Muhammad Morsi yang terpilih secara demokratis pada tahun 2013 lalu.
Ratusan pendukung Morsi dijatuhi hukuman mati, sementara Morsi dan tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin lainnya menghadapi tuntutan pengadilan. Sejak itu, Mesir melarang Ikhwanul Muslimin dan menuduh sebagai organisasi teroris pada Desember 2013, hanya beberapa bulan setelah pemindahan Morsi.
Hukuman mati tidak sedikit dijatuhkan pada persidangan massal yang melibatkan ratusan terdakwa yang berlangsung hanya beberapa hari saja. Erdogan pun langsung menyerukan pembebasan tahanan Ikhwanul muslimin di Mesir.
“Pertama-tama, dia harus membebaskan semua orang yang dipenjara dengan amnesti umum. Selama orang-orang ini belum dibebaskan, kita tidak akan dapat berbicara dengan Sisi,” jelasnya.
Erdogan juga menyerang negara-negara Barat yang, katanya menutupi Sisi dan menutup mata terhadap eksekusi terbaru di Mesir.
“Di mana orang Barat? Apakah kamu mendengar suara mereka?” tegasnya.
“Di sisi lain, ketika menyangkut orang-orang yang dipenjara di negara kita (Turki), mereka meneriakkan pembunuhan berdarah,” tukas Erdogan.
Zona Aman
Di sisi lain, Erdogan mengatakan, zona aman di sepanjang perbatasan Turki-Suriah harus di bawah kendali Turki. Dalam wawancara yang disiarkan televisi, Erdogan mengatakan Turki adalah negara pertama yang terkena dampak.
“Saya akan mengambil tindakan pencegahan saya di negara yang berlawanan,” paparnya.
Presiden Turki mengatakan, lingkungan yang damai dan stabil di provinsi Afrin, Jarablus, dan al-Bab Suriah harus dipertahankan di wilayah perbatasan. Ankara juga ingin mendirikan zona aman dengan dukungan logistik dari sekutu.
Sehingga untuk mencapai itu semua, wilayah tersebut harus dibersihkan dari milisi Kurdi YPG yang didukung AS. Ankara menganggap YPG sebagai kelompok teroris yang terikat dengan Partai Pekerja Kurdistan yang dilarang di Turki.
“Penting bagi kami bahwa keputusan AS untuk menarik diri dari Suriah tidak mengarah pada perkembangan yang bertentangan dengan kepentingan negara-negara kami dan kesatuan politik Suriah dan integritas wilayah,” jelas Erdogan.[IZ]