JAKARTA, (Panjimas.com) – Melihat sekaligus mengevaluasi suasana acara debat Calon Presiden (Capres) yang dilangsungkan pada berapa waktu lalu membuat banyak pihak memberikan masukan dan pendapatnya terkait soal acara debat tersebut.
Adalah Prof Siti Zuhro, peniliti dari LIPI yang turut memberikan pendapatnya soal masukan buat acara debat berikutnya agar lebih mencerminkan suasana demokrasi dan dapat melihat secara objektif terhadap calon calon Presiden yang ada.
“Karena itu, debat ketiga nanti harus dapat mencerahkan dan menginspirasi. Apalagi yang berkaitan dengan urusan privat. Jangan menggunakan cara-cara mencemooh dan menjatuhkan,” ujar Siti Zuhro pada hari Selasa (26/2) dalam sebuah acara yang dilaksakan oleh Setnas Prabowo Sandi, Jl HOS Cokroaminoto Menteng Jakarta.
Peneliti LIPI itu juga melihat pada debat Pilpres kedua beberapa waktu menilai kalo kubu petahana seringkali keliru dalam menyampaikan data yang ada dan sangat terlihat menyerang pribadi atau personal dari penantangnya.
“Durasi waktu yang cuma 2 menit itu juga dinilai tidak bisa cukup waktu sehingga pak Prabowo tidak cukup luwes untuk menyampaikan gagasannya,” kata Siti Zuhro lagi.
Diluar soal teknis waktu, profesor peneliti dari LIPI itu juga mengatakan kalo seorang negarawan haruslah berjiwa besar dan meminta maaf jika apa yang disampaikan nya salah dan berani mengakuinya. Sehingga menjadi pelajaran penting karena salah dalam penyampaian data dan tidak mau meminta maaf maka akan melahirkan polemik yang berkepanjangan.
“Kita semua harus bisa membuat pemilu kita harus naik kelas, kita wujudkan dalam sikap politik kita masing-masing. Saya melihat pemilu ini merupakan pemilu paling “riweuh” karena dua pemilu digabungkan secara serentak, dan sekaligus,” pungkasnya. [ES]