PUTRAJAYA, (Panjimas.com) — Pemerintah Malaysia menargetkan menjadi pemimpin industri kedirgantaraan di kawasan Asia Tenggara pada tahun 2030, Rabu (20/02) lalu.
Menteri Perdagangan dan Industri Internasional Malaysia, Ignatius Darell Leiking mengatakan industri ini berpotensi menghasilkan pendapatan tahunan sebesar RM 55,2 miliar atau sekitar Rp 200 triliun, dilansir dari Malay Mail.
Industri dirgantara, imbuhnya, juga berpotensi menciptakan lebih dari 32.000 lahan kerja berpenghasilan tinggi di Malaysia.
Ignatius mengatakan industri kedirgantaraan Malaysia mencatat total pendapatan sebesar RM13,5 miliar atau sekitar Rp47 triliun pada 2017.
Industri manufaktur kedirgantaraan juga berkontribusi sebanyak 48 persen dari total pendapatan negara.
Dia mengatakan Malaysia juga mencatat nilai ekspor positif sebesar RM 8,51 miliar atau sekitar Rp30 triliun dalam industri ini, utamanya pada komponen kedirgantaraan.
Sektor ini telah menunjukkan lonjakan investasi dengan beberapa perusahaan multinasional dan memperluas operasi di seluruh jaringan fasilitas kedirgantaraan yang tengah tumbuh.
Para pemain kedirgantaraan di Malaysia berasal dari perusahaan global terkemuka, termasuk Airbus, Spirit AeroSystems, Safran Landing Systems, Honeywell Aerospace Avionics, Singapore Aerospace Manufacturing, Singapore Aerospace Manufacturing, GE, dan UTC Aerospace Systems.
Leiking mengatakan Malaysia memiliki semua bahan yang diperlukan untuk menjadi pusat kedirgantaraan terkemuka.
Leiking meyakini banyak perusahaan akan mempertimbangkan Malaysia sebagai prospek untuk memperluas bisnis kedirgantaraan di kawasan.[IZ]