WASHINGTON DC, (Panjimas.com) — Pemerintah China menggunakan teknologi dari Amerika Serikat untuk memantau dan melacak Muslim Uighur dalam upaya untuk membuat mereka tunduk kepada Partai Komunis yang berkuasa, demikian menurut laporan New York Times.
Untuk memperluas kemampuan DNA mereka, polisi dan ilmuwan China menggunakan peralatan yang dibuat oleh perusahaan AS, Thermo Fisher.
Pemerintah Beijing juga mengandalkan bahan genetik yang disediakan oleh ahli genetika Universitas Yale, Kenneth Kidd, untuk membuat perbandingan dengan DNA Uighur.
Program pengumpulan DNA itu disebut “Pemeriksaan untuk Semua”, di mana pada 2016 hingga 2017, sekitar 36 juta orang telah mengambil bagian dalam kegiatan itu, menurut kantor berita China, Xinhua.
Program ini mengumpulkan sampel DNA, darah, gambar iris dan informasi pribadi lainnya, dengan kedok pemeriksaan kesehatan gratis dan terkadang mereka melakukannya karena terpaksa, menurut kesaksian warga Uighur yang berbicara kepada New York Times.
“Mengumpulkan bahan genetik adalah bagian penting dari kampanye Tiongkok, menurut kelompok hak asasi manusia dan aktivis Uighur. Mereka mengatakan basis data DNA yang komprehensif dapat digunakan untuk memburu warga Uyghur yang menolak untuk mematuhi kampanye,” tulis New York Times dalam laporannya, Kamis (21/02).
Wilayah Xinjiang China adalah rumah bagi sekitar 10 juta warga Uighur. Kelompok Muslim Turki, yang membentuk sekitar 45 persen dari populasi Xinjiang, telah lama menuduh otoritas China melakukan diskriminasi budaya, agama dan ekonomi
Menurut pejabat AS dan ahli PBB, sekitar 1 juta orang, atau sekitar 7 persen dari populasi Muslim di wilayah Xinjiang China, kini dipenjara dalam “kamp pendidikan ulang politik” yang terus berkembang.
China meningkatkan sejumlah pembatasan dalam dua tahun terakhir, melarang laki-laki berjanggut dan wanita memakai jilbab serta memperkenalkan apa yang dianggap oleh banyak ahli sebagai program pengawasan elektronik terluas di dunia.
“China ingin menjadikan Uighur, sebuah kelompok etnis yang mayoritas beragama Islam, lebih tunduk kepada Partai Komunis,” tulis New York Times.
Surat kabar AS itu mengatakan China mengklaim manfaat yang datang dengan menggunakan materi genetik untuk menyelesaikan kejahatan dan tindakan itu merupakan upaya pembenaran yang tepat untuk membangun basis data DNA di seluruh negeri.
Namun, pada Rabu (20/02), Thermo Fisher mengatakan perusahaannya tidak akan menjual lagi peralatannya di Xinjiang.
Mark Munsterhjelm, Asisten Profesor di Universitas Windsor Ontario yang telah melacak penggunaan teknologi AS di Xinjiang, mengatakan bahwa kerja sama komunitas ilmiah global dengan Beijing melegitimasi jenis pengawasan genetika ini.[IZ]