Jakarta (Panjimas.com) – Hasil sigi Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menunjukkan suara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) turun cukup drastis di segmen pemilih muslim.
Dalam kurun waktu enam bulan, LSI mencatat suara PDIP pada Agustus 2018 sebesar 23,2 persen. Lalu, pada Januari 2019, elektabilitas PDIP di kalangan pemilih muslim turun menjadi 18,4 persen. Peneliti LSI Rully Akbar mengatakan, turunnya basis pemilih muslim PDIP tak terlepas dari efek pemilihan presiden dimana kubu penantang Jokowi, Prabowo Subianto didukung Ijtima’ Ulama GNPF.
“Polarisasi yang cukup kuat dari awal ini yang menyebabkan segmen pemilih muslim semakin kuat mendukung partai yang dipimpin Prabowo, yaitu Gerindra. Sebaliknya, elektabilitas PDIP yang turun,” ujar Rully di kantor LSI, Jakarta Timur pada Rabu, 20 Februari 2019.
Survei LSI mencatat suara Gerindra selama enam bulan naik dari Agustus 2018 sebesar 13,8 persen dan kemudian naik menjadi 16,6 persen pada Januari 2019.
Secara keseluruhan, di pemilih muslim yang memiliki basis pemilih 85 persen, PDIP masih paling unggul dengan perolehan suara 18,4 persen. Kemudian di posisi runner up ada Gerindra dengan perolehan 16,6 persen. Posisi ketiga yaitu Partai Golkar dengan 11,0 persen. Posisi keempat ada PKB dengan perolehan suara 9,3 persen. Posisi kelima adalah Partai Demokrat sebanyak 5,9 persen.
Di urutan selanjutnya ada Partai Nasdem, PKS, PPP, Partai Perindo, PAN, PSI, Partai Hanura, Partai Garuda, Partai Berkarya, PBB, PKPl. Sisanya sebesar 19,3 persen pemilih muslim belum menentukan pilihan.
Survei ini dilakukan pada tanggal 18 – 25 Januari 2019, dengan menggunakan 1.200 responden. Survei dilakukan di 34 provinsi di Indonesia dengan metode multistage random sampling. Wawancara dilakukan secara tata muka dengan menggunakan kuesioner. Margin of error survei ini adalah 2,8 persen. Selain survei, LSI Denny JA juga melakukan riset kualitatif dengan metode FGD, analisis media, dan indepthinterview untuk memperkaya analisis survei.
Penyebab Turun
Peneliti LSI Denny JA, Rully Akbar, mengatakan, ada beberapa penyebab menurunnya suara PDIP di pemilih muslim ini. Mulai adanya aksi 212 sampai imbauan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab.
“Di konteks pemilih Muslim, memang mulai ada ijtima ulama dan penentuan Reuni 212 hingga ada imbauan Habib Rizieq, dan ini beberapa hal yang juga memengaruhi,” kata Rully di kantor LSI Denny JA, Jalan Pemuda, Rawamangun, Jakarta Timur, Rabu 20 Februari 2019.
Terkait figur calon wakil presiden pasangan Joko Widodo yaitu Ma’ruf Amin, belum juga mampu mendongkrak suara PDIP dari kalangan pemilih Muslim. Ma’ruf merupakan tokoh sekaligus ketua umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) non aktif. “Dengan dipilihnya Ma’ruf Amin, dia tidak bisa menggaransi pemilih Muslim mayoritas lari ke Jokowi atau PDIP,” kata Rully.
Menurut dia, figur Ma’ruf selama ini lebih berfungsi untuk melawan isu anti Islam yang dialamatkan kepada Jokowi. Dengan adanya Ma’ruf, isu anti Islam, isu PKI dan fitnah negatif lainnya dapat secara tidak langsung terbantahkan.
“Masuknya Ma’ruf Amin ini di satu sisi mengamankan Jokowi karena dulu serangan ke Jokowi itu di luar isu, PKI dan anti Muslim. Jadi, itu hanya mem-backup serangan personal terhadap Jokowi dan membuat serangan itu mulai minim. Dia (Ma’ruf) hanya mempertahankan suara Jokowi agar tidak tergerus dengan semua pemberitaan negatif yang ditujukan ke Jokowi,” ujarnya. (des)