DOHA, (Panjimas.com) — Lembaga Kebudayaan Turki Yunus Emre Institute bersama Pusat Penelitian Ibnu Khaldun Universitas Qatar menyelenggarakan panel mengenai sejarah hubungan Turki dan Qatar.
Panel yang diadakan di kota Doha, ibu kota Qatar itu berjudul “Hubungan Turki-Qatar sejak periode pendiri negara Qatar Syeikh Jassim bin Mohammed Al Thani hingga saat ini”.
Narasumber yang berbicara pada panel tersebut adalah Direktur Pusat Penelitian dan Studi Timur Tengah dari Universitas Fatih Sultan Mehmet di Istanbul Prof. Dr. Zekeriya Kurşun.
Kursun mengungkapkan kedua negara memiliki hubungan sejarah yang kuat.
“Emir Qatar yang berkuasa pada abad ke-19, Syeikh Jassim bin Muhammad Al Thani memiliki hubungan kuat dengan Sultan Abdulhamid ke-2,” pungkasnya.
Zekeriya Kursun menuturkan banyak sejarawan yang keliru menganggap hubungan dua pihak bermula sejak abad ke-19.
Namun faktanya hubungan keduanya telah berlangsung sejak Kekhalifahan Utsmani memperluas wilayahnya mencapai bagian Timur Arab pada abad ke-16, dikutip dari Anadolu.
Pendiri Qatar Syeikh Jassim bin Mohammed Al Thani pada akhir abad ke-19 sempat meminta bantuan kepada Ottoman untuk berperang melawan Inggris di kawasan itu, ungkap Kursun.
Bahkan Sheikh Jassim dan putranya, Sheikh Abdullah mencoba menunda pengusiran tentara Ottoman oleh Inggris dengan melakukan perjanjian damai dengan penjajah Inggris.
Bedasarkan arsip-arsip Ottoman, penggunaan nama Qatar secara resmi mulai sejak tahun 1555. Arsip-arsip Ottoman menyebutkan pada masa lampau penduduk Qatar memiliki kapal-kapal besar, masyarakatnya gemar melakukan aktivitas kelautan.
Kursun mengatakan hubungan keduanya putus seiring dengan runtuhnya Kekaisaran Ottoman, kini hubungan itu kembali dibangun pada tahun 1979.
Panel tersebut dihadiri oleh banyak pendengar, Duta Besar Turki untuk Doha Fikret Ozer dan Rektor Universitas Qatar Hassan Rashid Al-Derham juga turut memeriahkan kegiatan tersebut.[IZ]