Jakarta (Panjimas.com) — Siapa yang tak kenal dengan sosok Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal dengan Buya Hamka. Ulama kharismatik dan pujangga kelahiran Agam, Sumatera Barat, 17 Februari 1908 silam sudah menelurkan banyak karya dalam bidang Ilmu Agama dan Sastra.
Untuk mengenang Buya Hamka, Sekolah Pemikiran Islam (SPI) menggelar Seminar 111 Tahun Buya Hamka: Berbagi Cerita Tentang Sang Ayah Bangsa”. Pameran 111 Tahun Buya Hamka akan berlangsung selama tiga hari, mulai 11 hingga 13 Februari 2019. Sebelumnya, SPI juga telah menyelenggarakan kajian yang bertemakan Buya Hamka sebanyak tiga kali sejak bulan Januari yang lalu.
Kajian pertama yang bertema ” Buya Hamka dalam Horison Sastra Indonesia: Peran, Pengaruh dan Sumbangsihnya ” dilaksanakan di Aula Imam Al-Ghazali, INSISTS, Jakarta Selatan, pada 12 Januari 2019.
Taufik Ismail, sastrawan senior Indonesia kelahiran Bukittinggi yang mendapat gelar Datuk Panji Alam Khalifatullah, hadir sebagai narasumber dalam kajian pertama. Taufik dikenal sebagai sastrawan yang telah banyak mencetak banyak karya, salah satunya Malu Aku Jadi Orang Indonesia.
Dalam kajian berikutnya, yang bertemakan ” Napak Tilas Keteladanan Politik Buya Hamka “, hadir pula Dr. Tiar Anwar Bachtiar dan Akmal Sjafril. Keduanya adalah peneliti di Institute for The Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS). Kegiatan ini sedianya digelar di Aula Masjid Abu Bakar Ash-Shiddiq, Cawang, 20 Januari lalu..
Kajian ketiga mengambil tema ” Menjejak Warisan Ilmu Sang Ayah Bangsa “, berupaya meneladani sikap Buya Hamka sebagai ulama yang telah menghadapi berbagai tantangan. Kegiatan digelar di Aula Ar-Rahman, AQL, Tebet dengan narasumber Ustadz Bachtiar Nasir, Lc., Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI).
Belum lama ini juga diadakan pameran seputar Buya Hamka di Gedung IX Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) Universitas Indonesia. “Ini adalah rangkaian 111 tahun Buya Hamka,” kata Kepala SPI Pusat, Akmal Sjafril di lokasi pameran Gedung IX FIB Universitas Indonesia, Depok, Senin (11/02/2019).
Pameran 111 Tahun Buya Hamka ini menampilkan sejumlah karya tulis Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pertama itu, mulai Tafsir Al-Azhar hingga Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Pameran ini juga menampilkan beberapa lukisan Buya Hamka dari berbagai seniman, salah satunya adalah lukisan karya ilustrator Detective Comic (DC), Ardian Syaf asal Tulungagung.
Puncaknya dari 111 Tahun Buya Hamka, akan dilaksanakan pada hari Sabtu-Ahad, 16-17 Februari 2019 di Universitas Al-Azhar Indonesia, Jakarta. Insya Allah akan hadir sebagai pembicara: Akmal Sjafril (SPI), Dr. Tiar Anwar Bachtiar (INSISTS), Dr. Abdurrakhman (UI), Buya Mahyeldi Ansharullah (Walikota Padang), Dr. Adian Husaini (UIKA), Dr. Musthafa Umar (UIN Suska Riau), Taufiq Ismail (sastrawan senior), Azizah Hamka (putri Buya Hamka), dan Buya Gusrizal Gazahar (MUI Sumbar).
Bersama seminar tersebut juga akan diadakan bedah buku, lomba dan talkshow. Pada bulan Maret nanti, Sekolah Pemikiran Islam telah menyiapkan sebuah acara pengkaderan khusus bagi para pemuda yang berminat untuk memperdalam pengetahuannya seputar pemikiran Buya Hamka.
Dalam sebuah kesempatan, Akmal Sjafril, Kepala SPI Pusat menyampaikan, “Ini adalah cara kami untuk menghargai salah seorang ayah bangsa, yaitu Buya Hamka, yang selama ini masih belum banyak tergali pemikirannya.”
Akmal juga menyampaikan sebuah gejala yang memprihatinkan, yaitu bahwa seminar-seminar dan kajian yang mengupas pemikiran Buya Hamka malah lebih sering diadakan di negeri jiran.
“Paling tidak bisa kita bandingkan dengan negeri jiran seperti Malaysia, yang ternyata masih sangat sering menggelar seminar-seminar tentang pemikiran Buya Hamka. Bangsa Indonesia sebenarnya lebih berhak atas beliau. Mudah-mudahan, rangkaian kegiatan yang digelar oleh SPI ini bisa memicu diskusi yang lebih mendalam tentang pemikiran-pemikiran,” pungkasnya. (des)