Jakarta (Panjimas.com) – Untuk mengingat peran Muhammad Husni Thamrin, pembelaannya terhadap rakyat kecil dan sepak bola, Perkumpulan Betawi Kita dengan didukung penuh Pemprov DKI Jakarta, Bank DKI, dan TransJakarta akan menggelar acara “MH Thamrin Festival 125 Tahun”.
Setelah konferensi press, pada Jumat, 15 Februari 2019 nanti, akan diadakan seminar bertajuk “Dari Stadion VIJ Menuju Stadion MH Thamrin: Thamrin Memulai, Anies Mewujudkan” di Balai Kota DKI Jakarta, Gedung G, Lt 22, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat. Hadir sebagai pembicara, antara lain: JJ Rizal (sejarawan), Abdillah Afiif (tim penulis buku Gue Jakarta & Abidin-Side fanzin), Angga Putra Fidrian (Tim TGUPP), dan moderator Kojek Rap Betawi.
Muhammad Husni Thamrin adalah pahlawan nasional dari Betawi yang kiprahnya dalam membela rakyat kecil tak diragukan lagi. Namun, tidak banyak yang tahu bahwa ada peninggalan MH Thamrin yang sangat penting dalam bidang sepak bola, khususnya bagi kalangan pribumi.
Monumen itu adalah Lapangan Sepak Bola VIJ. Di kawasan permukiman padat penduduk di Petojo, ada sebuah stadion sepak bola legendaris yang pernah menjadi markas Persatuan Sepak Bola Indonesia Jakarta (Persija). Stadion yang terletak di Jalan Petojo VI No 2 Rt 3 Rw 6, Cideng, Gambir, Jakarta Pusat ini, digunakan oleh bond sepak bola Hindia Belanda, Voetbalbond Indonesische Jacatra (VIJ), yang resmi berdiri pada 1928 dan kemudian menjadi Persija Jakarta pada 1942.
MH Thamrin adalah pemprakarsanya. Ia menyumbangkan 2000 gulden dari kantong pribadinya saat itu, hingga akhirnya kaum pribumi bisa memiliki lapangan sepak bola yang layak. Ia juga membawa sepak bola dalam perjuangan kebangsaan. Salah satunya dengan tidak memakai nama Batavia atas nama asosiasi ini, melainkan Jacatra.
JJ Rizal, budayawan Betawi, menyebut Muhammad Husni Thamrin lahir bersama cahaya aufklarung atau pencerahan yang dibawa elite pemerintah kolonial lantaran merasa berutang budi kepada masyarakat tanah jajahan pada akhir abad ke-19. Oleh sebab itu, kelahiran Thamrin ditandai oleh gemuruh arus masuknya elemen-elemen aufklarung, yaitu ideologi-ideologi besar, seperti sosialisme, komunisme, nasionalisme, islamisme dan sepak bola.
Seperti ideologi-ideologi itu yang begitu tiba di Hindia menjadi “agama baru”, demikian juga sepak bola tumbuh menjadi counter kultur terhadap perkembangan masyarakat dan sejarah kolonial. Otomatis seumpama pergerakan politik awal ke-20, berbagai bond atau klub sepak bola yang bermunculan juga segera diliputi semua sifat khas yang menurut sejawaran Ben Anderson menjadi zeitgeist atau jiwa zaman saat itu: muda, maju, dan sadar.
Roni Adi Tenabang, Ketua Perkumpulan Betawi Kita, mengatakan semangat Thamrin membawa sepak bola dan rakyat kecil dalam perjuangan politiknya harus diingat lagi di masa kini. Apalagi dikaitkan dengan kondisi sekarang, di mana Persija, yang merupakan juara Liga 1 2018, tidak memiliki lapangan untuk berlatih yang representatif di Jakarta.
“Ini merupakan momentum untuk mengembalikan sepak bola sebagai perjuangan dan pemersatu dengan membangun stadion yang layak bagi Persija. Betawi Kita ingin Gubernur Anies menyelesaikan apa yang telah dibangun oleh MH Thamrin,” ujar Roni. (des)