CILACAP, (Panjimas.com) – Para napi peserta hapus tato menyambut gembira hadirnya program tersebut di LP Kembangkuning. Mereka tampak bahagia dan antusias mengikuti kegiatan ini. Sejak pagi, sekitar 75 napi telah berkumpul di aula untuk mengikuti acara pembukaan. Mereka pun antusias mengikuti proses-proses penghapusan tato, mulai dari pendaftaran, pengecekan lab sebagai salah satu syarat medis, hingga penembakan sinar laser dengan alat khusus yang dibawa IMS ke Nusakambangan.
Para napi itu berharap, dengan penghapusan tato itu, akan mendukung upaya mereka untuk berhijrah, menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
DM, inisial salah seorang napi asal Garut, Jawa Barat, mengaku sudah lama berkeinginan menghapus tatonya. Begitu mendapat info akan ada acara hapus tato di LP Kembangkuning, ia pun segera mendaftarkan dirinya.
Hingga akhirnya kemudian tatonya di tangannya bisa diproses untuk dihapus pada Jumat (08/02/2019) tersebut. “Alhamdulillah, ada jalan,” ujarnya. Kesyukuran itu bertambah karena ia tak perlu merogoh kocek untuk menghapus rajah di tubuhnya.
DM mengakui bahwa menghapus tato merupakan bagian dari upayanya untuk berhijrah. Dengan menghapus tato, berarti telah menghapus keburukan.
“Mudah-mudahan Allah balas segala kebaikan (lewat program hapus tato ini),” harapnya saat ditemui tim IMS di sela-sela kegiatan itu.
Senada dengan itu, S (43 tahun), inisial warga binaan lainnya, turut gembira bisa ikut program hapus tato. Pria non-Muslim asal Jakarta ini mengaku ingin menghapus tatonya karena malu dengan anaknya. Dengan menghapus tato, ia ingin memberi bukti kepada sang buah hati bahwa dirinya telah berubah.
“Saya pingin jadi contoh buat anak-anak,” ungkapnya.
Selain menghapus tato, perubahan positif lainnya telah ia jalani selama ini. Misalnya, sudah cukup lama ia meninggalkan kebiasannya mengisap tembakau beracun. “Tidak merokok sejak 2014,” akunya.
Dengan program hapus tato pun, ia semakin bertekad untuk hidup lebih baik. “(Hapus tato) ini momen yang jarang, yang berharga,” ujarnya, apalagi kalau di luar sana untuk hapus tato butuh biaya mahal. “Ini momen yang luar biasa,” ujar penganut agama Kristen ini.
Program hapus tato tersebut selama ini memang diikuti oleh peserta non-Muslim sekalipun.
Pihak Ditjen PAS Kemkumham menyatakan bahwa hapus tato merupakan program menarik bagi mereka untuk digelar di lembaga pemasyarakatan.
Analis Perjanjian Kerjasama di Direktorat Teknologi dan Kerjasama Ditjen PAS Kemhumkam, Innaka Mutiara, mengakui bahwa program ini menarik bagi mereka, sehingga kemudian beberapa waktu lalu diteken perjanjian kerja samanya di Jakarta.
“(Hapus tato) ini suatu hal yang menarik, hal yang baru, belum pernah dilakukan oleh mitra-mitra kami yang lain (selama ini),” ujarnya ditemui tim IMS di Wisma Masjid Agung Daarussalaam Cilacap, Sabtu (09/02/2019) pagi sebelum ia turut berangkat ke Nusakambangan. [RN]