MELBOURNE, (Panjimas.com) — Para pengunjuk rasa di Australia bersatu menentang penindasan China terhadap Muslim Uighur di Xinjiang, Kamis (07/02).
Massa menggelar aksi protes di depan Konsulat China di Melbourne. Para pengunjuk rasa pun meneriakkan slogan-slogan seperti “Kebebasan untuk Turkestan Timur”, “Kebebasan untuk Uighur”, dan “Berhenti membunuh orang-orang Uighur”.
“Kami meminta pemerintah Australia, parlemen dan perdana menteri untuk mendesak China menghentikan penganiayaan. Ini bukan hanya tentang hak-hak orang Uighur, tetapi juga hak asasi manusia,” tegas Nur Muhammad Turkistani, Kepala Asosiasi Turkestani Timur Adelaide, dilansir dari Anadolu Agency.
“Jutaan orang Turki Uighur ditangkap dan dianiaya di kamp-kamp,” imbuhnya.
Aksi Protes tersebut diselenggarakan oleh Asosiasi Turkestani Timur Australia, didukung oleh orang-orang Turki Uyghur yang tinggal di negara itu serta orang-orang Turki dan Muslim Australia dari berbagai latar belakang etnis.
Wilayah Xinjiang China adalah rumah bagi sekitar 10 juta warga Muslim Uighur.
Kelompok Muslim Turki, yang membentuk sekitar 45 persen dari populasi Xinjiang, dan telah lama menuding otoritas China melakukan diskriminasi budaya, agama dan ekonomi.
China meningkatkan sejumlah pembatasan dalam dua tahun terakhir, melarang laki-laki berjanggut dan perempuan mengenakan jilbab serta memperkenalkan apa yang dianggap oleh banyak ahli sebagai program pengawasan elektronik terluas di dunia, demikian menurut Wall Street Journal.
Hingga 1 juta orang, atau sekitar 7 persen dari populasi Muslim di wilayah Xinjiang China, kini dipenjara dalam jaringan “kamp pendidikan ulang politik” yang terus berkembang, menurut pejabat AS dan ahli PBB.[IZ]