Jakarta (Panjimas.com) – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan mengikuti arahan BPBD setempat, serta informasi dari BMKG.
“Jangan terpancing oleh isu yang tidak bertanggungjawab mengenai gempa bumi dan tsunami agar tetap waspada dengan kejadian gempa susulan yang pada umumnya kekuatannya semakin mengecil,” ungkap Deputi Bidang Geofisika Muhammad Sadly dalam keterangan tertulisnya.
Sebelumnya, BMKG mencatat beberapa kali gempa guncang Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera Barat, Sabtu (02/2). Akibat dari rentetan gempa tersebut, Puskesmas Sikakap rusak dan satu mercusuar roboh.
Deputi Bidang Geofisika Muhammad Sadly menyampaikan, hasil monitoring BMKG menunjukkan telah terjadi aktivitas gempabumi susulan (aftershock) sebanyak 52 kali. Secara keseluruhan ada 5 aktivitas gempa yang guncangannya dirasakan oleh masyarakat yaitu magnitudo 5,3 6,1 5,3 5,9 dan 5,0. BMKG terus memonitor perkembangan gempabumi susulan dan hasilnya akan diinformasikan kepada masyarakat melalui media.
“Gempa bumi yang berkekuatan sebesar M 6.1, lokasi 2.92 LS dan 99.98 BB dengan kedalaman 26 Km adalah gempa bumi dengan magnitude paling kuat yang berpusat di laut pada jarak 105 km arah Tenggara Kota Tua Pejat, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera Barat. Dari hasil pemodelan tsunami tidak memicu terjadinya tsunami,” jelas Sadly, Minggu (3/2).
Hasil analisis BMKG menyebutkan gempa bumi di Kepulauan Mentawai ini termasuk dalam klasifikasi gempa bumi dangkal yang diakibatkan oleh aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia tepatnya di zona Megathrust Segmen Pagai yang merupakan zona subduksi lempeng yang berada di Samudera Hindia sebelah barat Sumatra.
Sadly mengungkapkan zona tersebut merupakan kawasan sumber gempa bumi yang sangat aktif di wilayah Sumatera. “Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi ini dipicu oleh penyesaran naik (thrust fault),” kata Sadly.[ded]