SOLO, (Panjimas.com) – Setelah berita tentang Masjid Muhajirin di Mojosongo Solo menjadi viral di media sosial karena dugaan perusakan didalamnya (Sabtu 2 Februari 2019). Kemudian muncul video klarifikasi dari pengurus dan takmir Masjid Muhajirin pada hari Ahad 3 Februari 2019.
Video tersebut menampilkan lima orang pengurus masjid, yang menjelaskan apa yang menurut mereka terjadi pada hari Sabtu 2 Februari tersebut.
“Kami dari takmir masjid Muhajirin beserta pengurus takmir, yang berlokasi di Malabar Tengah Perumnas Mojosongo. Perlu mengklarifikasi apa yang sudah viral di media sosial. Peristiwa terjadinya hari Sabtu 2 Februari 2019 itu adalah tidak benar.
Bahwa yang terjadi itu, ketika sekitar jam 09.45 WIB ada anak yang dodok-dodok mic pengeras suara. Sehingga langsung ada ibu-ibu datang ke masjid. Dan memang dilihat ada kitab-kitab dan beberapa mukena itu berserakan.
Dan perlu kami sampaikan bahwa, pada peristiwa tersebut tidak ada perusakan. Tidak ada pembobolan karena memang masjid itu, pintu di sebelah utara lebih banyak terbuka. Untuk memberi kesempatan bagi yang mau beribadah di masjid.
Dan ini sudah kami anggap selesai dan mohon untuk tidak dibesar-besarkan.
Media sosial juga perlu mengklarifikasi ini sehingga sesungguhnya itulah yang kita sampaikan. Jadi sekali lagi kami sampaikan tidak perlu dibesar-besarkan.
Terima kasih, Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarokatuh.”
Informasi Kejadian dari Pesan WhatsApp
Awalnya, informasi tentang vandalisme yang terjadi di Masjid Muhajirin diterima redaksi Panjimas pada Sabtu siang 2 Februari 2019.
Pesan WhatsApp tersebut menyebutkan telah terjadi perusakan kitab suci Al Qur’an. Selain informasi perusakan, juga disertakan foto-foto Al Qur’an yang berserakan.
Atas pesan itulah reporter Panjimas mendatangi Masjid Muhajirin untuk mencari kebenaran informasi tersebut. Namun kondisi didalam masjid sudah dirapikan kembali. Al Qur’an dan buku-buku sudah kembali ke almari kaca.
Panjimas kemudian menemui jamaah Masjid Muhajirin dan mencari informasi terkait kejadian tersebut.
Namun informasi dari jamaah masjid dengan keterangan video dari pengurus masjid ada perbedaan. Yakni tentang pintu masjid yang menurut pengurus masjid tidak pernah dikunci agar memudahkan jamaah beribadah didalam masjid.
Sementara informasi dari jamaah masjid yang ditemui Panjimas menyebutkan bahwa pintu utama masjid selalu terkunci. Bagi jamaah yang ingin melaksanakan sholat Dhuha misalnya, bisa melaksanakan diluar ruang utama.
Kemudian tentang pelaku yang mengobrak-abrik Al Qur’an. Menurut pengurus masjid dilakukan anak kecil. Padahal pada Sabtu malam sebelumnya, reporter Panjimas sudah bertanya ke marbot masjid, tentang kemungkinan pelaku adalah anak-anak. Namun marbot membantah hal tersebut. Tidak mungkin anak-anak kecil bisa melakukan hal tersebut.
Kasus Ditutup
Akan tetapi, seperti permintaan dari pengurus Masjid Muhajirin dalam video yang beredar di aplikasi WhatApp. Bahwa kasus ini dianggap sudah selesai saja, dan agar tidak perlu dibesar-besarkan lagi. [ZK]