Jakarta (Panjimas.com)– Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta per 28 Januari, jumlah kasus DBD di Ibu Kota sudah mencapai 662. Ini angka yang sangat tinggi dibandingkan tahun lalu ataupun dua tahun lalu.
Menghadapi situasi ini, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengeluarkan instruksi kepada seluruh lurah dan camat untuk menangani kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) secara cepat. “Diperlukan keterlibatan semua. Instruksi gubernur sebentar lagi akan keluar dan sekarang sudah bisa dijalankan,” kata Anies, belum lama ini, 30 Januari 2019.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyatakan, pemerintah menggratiskan biaya perawatan pasien demam berdarah dengue (DBD). Pengobatan gratis itu berlaku untuk semua Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) di Jakarta. “Seluruh pembiayaan di-cover oleh pemerintah. Jangan khawatir,” kata Anies, Ahad, 3 Februari 2019.
Dengan adanya instruksi itu, kata Anies, pejabat pemerintahan bisa segera mengambil tindakan di wilayahnya masing-masing. “Instruksi gubernur ini menjadi landasan untuk mereka melakukan pembiayaan-pembiayaan dan lain lain,” katanya. “Namun kegiatannya sudah jalan, jadi bukan menunggu Instruksi gubernur baru bergerak.”
Pemerintah daerah mencatat, memasuki 2019 jumlah pasien DBD mencapai 876 orang. Jumlah kasus terbanyak terdapat di Jakarta Selatan. Untuk itu Anies Baswedan mengingatkan agar masyarakat tak abai terhadap kebersihan lingkungan tempat tinggal. “Pastikan tidak ada jentik-jentik yang tumbuh,” ujar dia.
Ahad kemarin, Anies menjenguk pasien demam berdarah di RSUD Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Menurut dia, pasien di rumah sakit itu tergolong banyak, yaitu 49 orang. Seorang pasien yang ditemui Anies mengatakan, tempat tinggalnya berdekatan dengan tanah kosong tak terawat. Diduga dari tempat itulah nyamuk Aedes aegypti berkembang biak dan menularkan penyakit.
Anies Baswedan berharap masyarakat menjadi juru pemantau jentik (jumantik) di rumah masing-masing. “Saya rasa kewaspadaan sudah pada level nasional, bukan hanya di Jakarta tapi juga di berbagai wilayah,” kata dia.
Sebelumnya Dinas Kesehatan DKI Jakarta menetapkan ibu kota berstatus waspada kasus demam berdarah dengue (DBD). Kepala Dinas Kesehatan DKI Widyastuti menyatakan, penetapan status itu lantaran angkanya terus meningkat di bulan ini.
Widyastuti memaparkan ada 613 kasus DBD di Jakarta per 27 Januari 2019. Rinciannya, yakni 231 kasus di Jakarta Selatan, 169 kasus di Jakarta Timur, 153 kasus di Jakarta Barat, 37 kasus di Jakarta Utara, dan 23 kasus di Jakarta Pusat.
Salah satu penyebab DBD ini karena kelembapan udara. Dinas Kesehatan DKI sebelumnya bersama Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Institut Teknologi Bandung (ITB) meneliti soal korelasi kelembapan udara Jakarta dengan tingkat DBD.
Hasilnya bahwa kelembapan udara di lima kota Jakarta akan tinggi dalam tiga bulan ke depan. Sementara wilayah Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur masuk dalam tingkat waspada demam berdarah di Januari 2019. Hal itu mempertimbangkan prediksi kelembapan udara yang tinggi di tiga wilayah itu dengan angka mencapai 76 persen. “Semakin lembap, nyamuk semakin senang,” ujar Widyastuti. (des)