MOSKOW, (Panjimas.com) — Perjanjian Adana antara Turki dan Suriah dinilai dapat membantu mengurangi kekhawatiran Turki tentang keamanannya di perbatasan bersama.
Hal ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dalam konferensi pers di Rabat pada Jumat (25/01), usai pertemuannya dengan Menlu Maroko Nasser Bourita.
Lavrov mengatakan bahwa perjanjian Adana masih berlaku, dan hal itu bisa dijadikan sebagai dasar untuk negosiasi masalah terkait.
“Esensi perjanjian Adana yang dicapai antara Turki dan Suriah pada 1998 adalah untuk menghilangkan kekhawatiran Turki tentang masalah keamanannya,” pungkasnya.
“Rezim Bashar al-Assad di Suriah menandatangani perjanjian ini dengan asumsi kewajiban tertentu, dan kami memandang bahwa perjanjian ini tetap berlaku. Inilah yang saya pahami, sama halnya dengan negara lainnya yang berpartisipasi dalam perjanjian,” imbuh Lavrov.
Pada tahun 1998, Suriah dan Turki menandatangani pakta dimana Damaskus bekerja secara aktif untuk mengeliminasi kekhawatiran Turki tentang teroris PKK.
Kamp pelatihan teroris di Suriah ditutup, dan layanan bagi para teroris pun ditolak oleh bank-bank Suriah.
Kedua negara juga membersihkan ranjau dari zona perbatasan, sehingga memungkinkan area itu digunakan sebagai lahan pertanian.
Sementara itu, Turki mengatakan bahwa operasi lintas batas untuk memerangi YPG / PKK – cabang teroris PKK di Suriah – sebelah timur Sungai Eufrat akan segera diluncurkan.
PYD/ PKK merupakan cabang Suriah dari organisasi militan Kurdi yang telah dimasukan dalam daftar organisasi teroris oleh AS dan Uni Eropa serta Turki – dan mulai melakukan kampanye bersenjata pada bulan Juli 2015.
Sejak pertengahan 1980an, PKK telah melancarkan kampanye teror yang luas melawan negara Turki, di mana diperkirakan 40.000 orang dibunuh.
Sejak saat itu, mereka telah membunuh lebih dari 1.200 personil keamanan dan warga sipil Turki, termasuk perempuan dan anak-anak.
PKK berjuang untuk kemerdekaan dan kepentingan nasionalime etnis Kurdi.
Sejak puluhan tahun lamanya PKK memperjuangkan ideologi marxisme-leninis, mencita-citakan Negara Komunis dengan berbasis nasionalisme Kurdi.
Dengan karakter ektrim kiri komunis yang keras ini telah lama mereka berseteru dengan Turki.[IZ]