Jakarta (Panjimas.com) — Dalam debat capres-cawapres di Hotel Bidakara Jakarta, Kamis (17/1), Calon Presiden Nomor Urut 2 Prabowo Subianto menegaskan, akan menghapus stigma muslim itu teroris. Menurutnya, banyak teroris berasal dari luar negeri dan bukan orang Islam.
“Saya spesialisasi di antiteror. Bersama Pak Luhut Panjaitan, kami membentuk pasukan antiteror pertama. Masalahnya, saya tahu bahwa sering terorisme dikirim dari negara lain dan sering dibuat nyamar, seolah dari Islam,” kata Prabowo.
Padahal, lanjut dia, terorisme kerap dikendalikan oleh orang bukan beragama Islam atau orang yang bekerja untuk orang asing. Dia pun menyatakan menolak stigmatisasi radikal terhadap umat Islam.
Hal senada juga diungkapkan calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 02, Sandiaga Uno. Menurut Sandiaga, stigma terorisme pada Islam harus dihapus.
“Kita harus memutuskan bahwa jangan lagi Prabowo-Sandi membiarkan stigmatisasi terhadap agama Islam karena terorisme itu tidak dari agama Islam atau agama mana pun,” ujar Sandiaga seusai berolahraga di kawasan Bulungan, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu, Rabu (16/1/2019).
Menurut Sandiaga, akar terorisme adalah ketidakadilan dan kesejahteraan. Sandiaga pun menyampaikan solusi memerangi terorisme dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat.
“Untuk terorisme, kita meyakini bahwa unsur utama yang harus diberi solusi adalah masalah ketidakadilan serta kesejahteraan, keputusasaan, dan pengetahuan agama yang belum mendalam,” kata Sandiaga.
Solusi dari Sandiaga itu atas permasalahan terorisme itu adalah dengan meningkatkan lapangan kerja. Dia menilai terorisme tidak akan ada lagi apabila kesejahteraan masyarakat meningkat.
“Dan tentunya kita harus memutuskan stigma tersebut dan menyelesaikan akar permasalahan, yaitu rasa ketidakadilan, rasa dendam, rasa keputusasaan. Kesejahteraannya harus kita tingkatkan, jumlah lapangan kerja, mata pencaharian, dan hidup yang semakin lebih positif bagi mereka,” ucap Sandiaga. (des)