BERLIN, (Panjimas.com) — Jerman mendesak masyarakat internasional meningkatkan upaya untuk mengakhiri perang di Yaman, Rabu (16/01).
“Yaman akan menghadapi bencana kemanusiaan jika kita tidak berhasil mengakhiri perang,” pungkas Menteri Luar Negeri Heiko Maas pada konferensi internasional di Berlin, dikutip dari Anadolu.
Konferensi yang diselenggarakan oleh Kementerian Luar Negeri Jerman mempertemukan sejumlah pejabat senior dari 17 negara, termasuk aktor kunci dan negara donatur utama.
Utusan Khusus PBB untuk Yaman Martin Griffiths dan Koordinator Penduduk PBB di Yaman Lise Grande juga hadir dalam pertemuan itu.
Pada 13 Desember, perundingan damai Yaman yang diadakan di Swedia berakhir dengan kesepakatan gencatan senjata di provinsi Al-Hudaydah.
Namun, pihak-pihak yang bertikai gagal menarik diri dari provinsi tersebut di tengah tuduhan melanggar kesepakatan.
Konflik Yaman telah menimbulkan krisis kemanusiaan di negara yang berpenduduk 28 juta jiwa itu, 8,4 juta orang diantaranya diyakini berada di ambang kelaparan dan 22 juta sangat bergantung pada bantuan kemanusiaan.
Yaman yang kini menjadi negara miskin, tetap berada dalam keadaan kacau sejak tahun 2014, ketika milisi Syiah Houthi dan sekutunya menguasai ibukota Sanaa dan bagian-bagian lain negara ini.
Sejak Maret 2015, koalisi internasional yang dipimpin Saudi telah memerangi pemberontak Syiah Houthi yang disokong rezim Iran dan pasukan-pasukan yang setia kepada mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh, Arab Saudi dan sekutu-sekutu negara Muslim Sunni meluncurkan kampanye militer besar-besaran yang bertujuan untuk mengembalikan kekuasaan yang diakui secara internasional dibawah Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi.
Arab Saudi dan para sekutunya melihat milisi Houthi sebagai proxy kekuatan Iran di dunia Arab. Koalisi militer Arab yang dipimpin oleh Saudi di Yaman terdiri dari Koalisi 10 negara yakni Arab Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab, Qatar, Bahrain, Yordania, Mesir, Maroko, Sudan, dan Pakistan.
Sejumlah organisasi hak asasi manusia telah menuding Kerajaan Saudi terlibat kejahatan perang sebagai akibat dari kampanye pengebomannya yang dapat dianggap sembarangan dan menyebabkan kerusakan berlebihan pada negara tersebut termasuk jumlah korban tewas yang cukup tinggi.
Menurut pejabat PBB, lebih dari 10.000 warga Yaman telah tewas akibat konflik berkepanjangan ini, sementara itu lebih dari 11 persen dari jumlah penduduk negara itu terpaksa mengungsi, sebagai akibat langsung dari pertempuran yang tak kunjung usai. Untuk diketahui, lebih dari setengah total korban adalah warga sipil. sementara 3 juta lainnya diperkirakan terpaksa mengungsi, di tengah penyebaran malnutrisi dan penyakit.[IZ]