SOLO, (Panjimas.com) — Menanggapi ramainya polemik di media sosial mengenai penataan paving berbentuk salib di area Tugu Pemandengan di Jalan Jenderal Sudirman, Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Sugeng Riyanto turut angkat bicara. Ia menilai secara fungsi area yang ditata di jalan Jenderal Sudirman ini masih bagus, oleh karena itu, lebih baik alokasi anggaran diperuntukan untuk jalan-jalan kota yang masih rusak.
“Sebelum ini menjadi polemik ramai ditengah masyarakat tentang isu Tugu Pemandengan ini berubah menjadi motif salib, Saya sendiri sudah memberikan masukan atau kritik kepada pemerintah kota. Sesungguhnya secara fungsi jalan Jenderal Sudirman ini masih bagus, sehingga akan lebih bagus saya kira, kalau alokasi anggaran perubahan dengan motif semacam ini diperuntukkan untuk jalan-jalan kota yang masih bolong-bolong,” pungkasnya saat ditemui panjimas di area Tugu Pemandengan, Rabu (16/01) Siang.
Sugeng Riyanto mengatakan lebih baik alokasi anggaran yang besar ini diperuntukkan ke jalanan kota yang masih rusak dan bolong.
“Sangat banyak, ada masih banyak titik di kota Solo, yang jalan-jalannya masih rusak,” tegasnya.
Pasca polemik ini meluas di media sosial, Fraksi PKS berupaya mengkomunikasikan ke pemerintah kota melalui anggota Fraksi PKS di Komisi II, Quatly Al Katiri untuk menanyakan dan mengklarifikasi kepada Kepala Dinas PUPR, Endah Sitaresmi Suryandari.
“Fraksi PKS sudah berupaya mengklarifikasi ke Dinas PUPR, kemudian Ibu Sita menjelaskan bahwa tidak ada maksud sama sekali untuk membuat motif salib, bahkan beliau memberikan desainnya, tapi pada kenyataannya masyarakat tetap melihat dengan sangat jelas ada motif itu,” tukas Sugeng.
Menanggapi hal tersebut, Fraksi PKS mendesak pemerintah kota Solo memberikan klarifikasi secara resmi.
“Menurut kami, pemerintah kota harus melakukan klarifikasi resmi, mengapa ada gambar semacam ini,” tegasnya.
Ia pun mengimbau pemkot Solo agar menjaga kondusifitas kota, alangkah baiknya motif salib itu direvisi.
“Kedua, ketika memang pada kenyataannya menimbulkan tafsir itu, akan lebih baik, demi meredam berbagai hal-hal agar tetap menjaga kondusifitas kota ini, alangkah baiknya ini direvisi,” tandas Sugeng.
Kawasan Bersejarah
Menurutnya area Tugu Pemandengan ini merupakan kawasan bersejarah, sehingga harus dijaga.
“Alangkah baiknya ini direvisi atau dibentuk sedemikian rupa agar tidak mengubah pada sisi historis Tugu Pemandengan ini jangan sampai dirubah dengan tema-tema yang lain, ini sejarah harus kita uri-uri, harus kita jaga,” paparnya.
“Kalau memang di lapangan memang ada ditemukan motif itu, dan tidak bisa ditafsirkan lain, maka alangkah baiknya pemerintah kota mengakomodasi adanya perubahan yang menjadikan ini tidak multitafsir, ‘clear’, dan tidak menjadi persoalan yang berkepanjangan di kota Surakarta,” jelas Sugeng.
“Ini persoalan sensitif di kota Solo, apalagi ini mendekati tahun politik, saya kira sudah sepantasnya pemkot proaktif, segera lakukan langkah-langkah taktis-strategis untuk menjaga kondusifitas kota”, tandasnya.
Perdebatan mengenai desain paving JenSud di area Tugu Pemandengan yang berbentuk salib bermula ketika para warganet menanggapi unggahan gambar yang pada awalnya diunggah akun Instagram @pariwisatasolo. Akun tersebut merupakan akun resmi Dinas Pariwisata Kota Solo.
Untuk diketahui, berdasarkan laman surakarta.go.id, Tugu Pamandengan merupakan kawasan bersejarah di Kota Solo. Tugu ini dikenal sebagai Tugu nol kilometer, bernilai sejarah karena merupakan peninggalan antara Paku Buwono (PB) VI hingga Pakubuwono X. Tugu Pemandengan menjadi titik fokus pandangan Raja Keraton Kasunanan Surakarta saat itu untuk memusatkan pikiran dalam menemukan solusi atas persoalan yang dihadapi rakyat pada zamannya.[IZ]
BACA: Motif Salib Jensud Solo, Wakil Ketua DPRD: “Agar Keresahan Tidak Berlanjut, Segera Dirubah”
BACA: Kasus Salibisasi di Kawasan Bersejarah, Pemkot Solo Jangan Arogan dan Menzalimi Umat Islam
BACA: Inilah Foto Lengkap “Salibisasi” di Kawasan Bersejarah Keraton Surakarta
BACA: Kasus Salibisasi di Kawasan Bersejarah, Pemkot Solo Jangan Arogan dan Menzalimi Umat Islam
BACA: Dewan Dakwah Jateng Tolak “Salibisasi” Kawasan Mayoritas Muslim