SOLO, (Panjimas.com) — Penataan koridor Jalan Jenderal Sudirman (Jensud), Surakarta menjadi perdebatan panas di media sosial. Menanggapi hal tersebut, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) kota Surakarta, Umar Hasyim mendesak Walikota segera merespon keresahan masyarakat mengenai motif batu andesit yang mirip simbol salib itu.
“Memang setelah saya baca di medsos, kemudian saya baru pulang dari Jakarta, Saya langsung nengok ke lokasi gitu, memang kalau sekilas ndak begitu kelihatan, tapi kalau kita secara “dimatke” (diperhatikan secara seksama) itu memang kelihatan ada semacam simbol itu, tapi saya belum tahu apakah itu dibuat sengaja untuk kepentingan tertentu atau ada makna-makna yang lain dari filosofi masyarakat Surakarta,” pungkas Umar Hasyim saat ditemui Panjimas, Rabu (16/01) siang.
“Namun demikian, kalau sudah melihat keresahan masyarakat seperti ini, Kami berharap Walikota segera merespon, artinya apakah itu konsep bangunan yang seperti itu apakah dari Pak Wali, apakah dari Dinas, atau dari pihak ketiga, Kami perlu mengkonfirmasi dulu, tabayyun dulu ke Kepala Dinas, kok seperti itu, ‘karepe kepie?’, Apakah itu merupakan simbol agama tertentu, atau ada makna lain, tapi kalau makna lain yang menjadi pemahaman kelompok lain,” tandas Umar Hasyim.
Menurut Umar, Apabila desain motif tersebut dinilai menganggu, maka sebaiknya itu dirubah. “Kalau itu menganggu, sebaiknya itu dirubah, dibuat sedemikian rupa jangan sampai dimaknai dengan misi-misi tertentu,” jelasnya.
“Pihak-pihak terkait, Walikota dan Kepala Dinas, agar segera menindaklanjuti dan merespon apa yang menjadi keresahan masyarakat itu, Agar ini tidak berlarut-larut, Saya khawatir kalau tidak segera direspon masyarakat akan bereaksi lebih lanjut, agar suasana kota Surakarta yang kondusif ini akan terganggu dengan langkah-langkah yang mungkin kurang bijak,” tukasnya.
Umar Hasyim menambahkan permasalahan Agama merupakan permasalahan sensitif, agar ini tidak berlanjut, Ia berharap motif tersebut segera dirubah.
“Permasalahan Agama merupakan permasalahan yang sangat sensitif, Kami berharap ini tidak berlanjut segera dirubah, bagaimanapun juga masyarakat kita banyak latar belakangnya, masyarakat kita yang beragama Islam ini resah,” paparnya.
“Kota Surakarta ini sebagai barometer (politik), dan biasanya kalau dari Surakarta itu cepat meluas dan berimplikasi ke daerah lain, maka harap segera direspon,” tandas Anggota DPRD asal Partai Amanat Nasional (PAN) ini.
BACA: Kasus Salibisasi di Kawasan Bersejarah, Pemkot Solo Jangan Arogan dan Menzalimi Umat Islam
BACA: Inilah Foto Lengkap “Salibisasi” di Kawasan Bersejarah Keraton Surakarta
BACA: Kasus Salibisasi di Kawasan Bersejarah, Pemkot Solo Jangan Arogan dan Menzalimi Umat Islam
BACA: Dewan Dakwah Jateng Tolak “Salibisasi” Kawasan Mayoritas Muslim
Perdebatan mengenai desain paving JenSud di area Tugu Pemandengan yang berbentuk salib bermula ketika para warganet menanggapi unggahan gambar yang pada awalnya diunggah akun Instagram @pariwisatasolo. Akun tersebut merupakan akun resmi Dinas Pariwisata Kota Solo.
Untuk diketahui, berdasarkan laman surakarta.go.id, Tugu Pamandengan merupakan kawasan bersejarah di Kota Solo. Tugu ini dikenal sebagai Tugu nol kilometer, bernilai sejarah karena peninggalan antara Paku Buwono (PB) VI hingga PB X. Tugu Pemandengan menjadi titik fokus pandangan Raja Keraton Kasunanan Surakarta saat itu untuk memusatkan pikiran dalam menemukan solusi atas persoalan yang dihadapi rakyat pada zamannya.[IZ]