Jakarta (Panjimas.com) — Apakah negara yang cadangan BBM nasionalnya hanya kuat untuk 20 hari, yang cadangan berasnya kurang dari 3 juta ton, dapat bertahan jika ada serangan, atau krisis keamanan? Itulah pertanyaan Calon Presiden Prabowo Subianto dalam pidato kebangsaan di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (14/1/2019).
“Menteri Pertahanan yang sekarang pun mengatakan, jika perang, Indonesia hanya mampu bertahan 3 hari karena peluru kami hanya cukup untuk 3 hari perang. Ini bukan kami yang menyampaikan, tapi pemerintah sendiri,” tukasnya.
Prabowo mengatakan, kita harus ingat, persaingan antar bangsa itu keras. Sejarah peradaban manusia ribuan tahun itu keras. Jangan kita tergantung kepada bangsa lain. Jangan kita berharap bangsa lain akan baik, akan kasihan kepada kita.
“Kita tidak boleh lupa rumus yang terkenal dari Thucydides, ahli sejarah yang hidup kurang lebih 50 tahun sebelum Masehi. Hukum Thucydides mengatakan: ‘The strong will do what they can, the weak suffer what they must.’ Jadi kalau dalam bahasa Indonesia, yang kuat akan berbuat apa yang dia mampu buat, yang lemah akan menderita apa yang dia harus menderita. Ini pelajaran diajarkan di semua lembaga kajian strategis, di semua sekolah militer seluruh dunia.”
Dalam pidato tersebut, Prabowo menyampaikan strategi yang akan digunakan, jika ia mendapatkan mandat untuk memimpin Indonesia dalam periode 5 tahun ke depan. “Saya juga akan sampaikan, apa yang kami harapkan dari saudara-saudara, sebagai sesama warga negara Indonesia, untuk mewujudkan apa-apa yang menjadi pokok-pokok pemikiran kami dan cita-cita kita bersama.”
Prabowo menjelaskan, yang harus dilakukan adalah melakukan reorientasi pembangunan dan pengelolaan Republik Indonesia. Reorientasi pembangunan dan pengelolaan Republik Indonesia diperlukan karena bangsa yang kokoh hanya bisa diwujudkan jika negara tersebut bisa melakukan ini:
Pertama, Swasembada pangan. Kedua, Swasembada energi, yaitu bahan bakar. Ketiga, Swasembada air bersih, Keempat, memiliki lembaga-lembaga pemerintahan yang kuat, diantaranya sistim yudikatif, hakim-hakim yang unggul dan jujur, jaksa-jaksa yang unggul dan jujur, polisi-polisi yang unggul dan jujur, intelijen yang unggul dan setia kepada bangsa dan rakyat,
Kelima, angkatan perang yang unggul. Tentara yang kuat, tentara rakyat yang setia kepada rakyat dan bangsa. Tentara yang tidak kalah dengan tentara-tentara terbaik di dunia.
“Kami beri nama visi misi Indonesia Menang. Indonesia harus menang. Bukan jadi bangsa yang kalah. Bukan bangsa yang minta-minta. Bukan bangsa yang harus utang. Bukan jadi bangsa yang tidak membela rakyatnya sendiri.”
Untuk mewujudkan Indonesia Menang, kita harus menjalankan strategi khusus, yang saya beri nama Strategi Dorongan Besar. Bukan kita tidak terbuka pada bangsa lain, tapi kita tidak bisa lagi berada di piramida paling bawah! “Kami ingin anak-anak kita jadi pilot, nahkota, pengusaha, bukan hanya jadi kacung bangsa lain!” (des)