JAKARTA, (Panjimas.com) – Pembangunan proyek kereta ringan atau light rail transit (LRT) yang menghubungkan Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi (Jabodebek) menuai kritik dari sejumlah pihak. Salah satunya KAMMI.
Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) menilai proyek ini terlalu mahal dan khawatir pemerintah kesulitan mengembalikan dana yang berasal dari hutang itu.
“Kami heran, kenapa proyek ini sangat mahal hingga mencapai 637 M perkilometernya. Padahal, proyek ini bukan hanya berada di Jakarta, tetapi di Depok dan Bogor juga yang biaya pembebasan lahannya relatif lebih murah” kata Ketua Umum KAMMI Irfan Ahmad Fauz dalam keterangan tertulisnya yang diterima Panjimas, Selasa (15/01/2018).
Menurut Irfan, pembangunan dengan biaya sangat mahal ini bisa berdampak buruk bagi LRT sendiri. “Bahkan bisa jadi LRT tidak dapat beroperasi lama, karena dengan pembangunan yang mahal otomatis nantinya tarif penumpangnya juga mahal, kalau mahal orang tidak mau naik dan uang tidak berputar, dari mana LRT akan membiayai operasionalnya?” tanya Irfan.
Sementara itu, lanjut Irfan, banyak tokoh berpendapat pembangunan LRT tidak tepat dalam pemilihan lokasinya.
“Seperti misalnya, lintasan LRT yang bukan di kota, kenapa tetap dibangun melayang (elevated)? Kan bisa non elevated yang lebih murah. Juga seperti pembangunan di dekat tol, untuk apa LRT bersebelahan dengan jalan tol? Inikan fungsinya jadi sia-sia,” tandas Irfan. [DP]