Jakarta (Panjimas.com) – Secara blak-blakan Amien Rais dalam bukunya “Hijrah, Selamat Datang Revolusi Moral, Selamat Tinggal Revolusi Mental” membeberkan kegagalan revolusi mental yang diusung Pemerintahan Jokowi, salahsatunya soal Gerakan Indonesia Mandiri.
“Ini sebuah slogan abal-abal. Apanya yang mandiri? Besar kemungkinan bila rezim yang sekarang berkuasa sampai berkuasa lagi – Insya Allah tidak – Indonesia dapat jatuh ke perangkap hutang (debt trap) China. Seperti kita lihat China sudah meminta konsesi wilayah, penguasaan pelabuhan serta dapat mendikte ekonomi negara-negara yang sudah kecemplung dalam perangkap hutang China,” ungkap Amien prihatin.
Korupsi paling kolosal justru dilakukan oleh kekuasaan sendiri. Kenya, Ethopia, Madagaskar, Djibouti, Sri Lanka, bahkan sampai batas tertentu, Pakistan, sudah dililit utang China, sehingga pembangunan ekonomi mereka berada di bawah komando China.
Amien menjelaskan, Indonesia sesungguhnya sedang bergerak ke perangkap utang China itu. Namun ada seorang tokoh penting yang dengan suka cita berkata: “Kita dan China sedang mesra-mesranya”. Bahwa neraca dagang kita dengan China jauh lebih menguntungkan China dan merugikan bangsa sendiri, tentu tidak perlu dipermasalahkan. Tokoh yang sama juga mengatakan: “Kita mesra dengan siapa saja yang bawa duit”. Ini adalah ekspresi menggelikan bila dilihat dari slogan revmen.
Slogan Gerakan Indonesia Bersatu
Slogan kelima revolusi mental yang diusung Jokowi adalah Gerakan Indonesia Bersatu. Lagi-lagi yang terjadi di alam nyata sangat jauh berbeda dan buat sebagian besar rakyat amat menyakitkan. Nampak secara sistematik rezim yang berkuasa melakukan politik pecah-belah terhadap kekuatan-kekuatan sosial-politik-keagamaan.
“Dengan berbagai cara, kekuatan oposisi dilemahkan lewat politik pecah belah. Ada partai politik yang diadu-domba lewat musyawarah luar biasa ini dan musyawarah luar biasa itu,” ungkap Amien Rais.
Menurut Amien, rezim penguasa justru menikmati dengan perhitungan bila beberapa partai politik pecah ke dalam, rezim penguasa mengira akan semakin kuat. Rezim penguasa bukannya melakukan pembinaan pada partai-partai yang bertikai itu, tetapi malah memperparah dengan pola permainan pecah belah.
“Ada satu hal berbahaya dilupakan oleh rezim Jokowi. Sudah jamak dalam hukum alam, tangan-tangan yang suka memecah belah kekuatan yang ada di luar dirinya, pasti pada saatnya, akan mengalami perpecahan ke dalam dirinya sendiri. Kita sedang meyaksikan hal itu.”
Amien menegaskan, pimpinan rezim tidak menyadari bahwa yang sedang terjadi di Indonesia adalah kegagalan revolusi mental yang tanpa arah dan kosong makna, karena hanya terdiri dari rangkaian slogan yang enak didengar dan sepi pelaksanaan.
“Ada sarkasme politik yang mengatakan bahwa dewasa ini makin banyak orang Indonesia yang sakit mata dan sakit telinga sekaligus, karena yang dilihat jauh berbeda dengan apa yang didengar. Dua puluh tahun lalu ada seorang tokoh yang mengingatkan jangan sampai penyakit “muntaber” makin merata di tengah masyarakat, yakni manusia munafik tapi berhasil. Berhasil mengumpulkan kekayaan haram namun hancur secara kejiwaan.”
Amien merasa heran, revolusi mental (revmen) yang setelah 4 tahun tidak jelas juntrungannya itu, anehnya kini di adopsi lagi sebagai program andalan Jokowi – Ma’ruf Amin. Nama resminya: Revitalisasi Revolusi Mental. “Mudah-mudahan kenyataan ini tidak mencerminkan kebingungan rezim. Ada sebuah website yang menilai bahwa revmen yang tidak jelas capaian dan juntrungannya itu tidak lebih dari Revolusi Mental Haha Hihi. (tirto.id)” (des)