Jakarta (Panjimas.com) – Belum lama ini, tokoh reformasi Muhammad Amien Rais baru saja diluncurkan buku berjudul “Hijrah: Selamat Datang Revolusi Moral, Selamat Tinggal Revolusi Mental” di Jakarta.
Dalam kata pengantarnya, Amien Rais menulis buku itu selama beberapa hari menjelang tahun baru 2019 sambil berlibur dengan anak-cucu di Jogjakarta. “Ketika saya melihat, bergurau dan bermain dengan sepuluh cucu saya itu, saya menerawang jauh kedepan. Puluhan juta anak-anak Indonesia sekarang ini dalam 10-15 tahun mendatang akan menjadi manusia Indonesia yang kehidupan mereka ditentukan oleh apa yang kita kerjakan sekarang.”
April tahun ini akan ada perhelatan politik bernama pilpres. Lewat pilpres itulah masa depan pendek dan panjang kita akan diarahkan. “Lewat risalah pendek ini saya ikut urun rembuk, ikut berpartisipasi dengan mengemukakan beberapa pendapat saya. Namun saya minta maaf kalau bagi sebagian kalangan pendapat saya ini terlalu blak-blakan, lugas, langsung, tanpa basi-basi. Tetapi cara ini yang saya pilih supaya jelas, titik.
Amien berharap, masa depan bangsa Indonesia, dengan izin Allah, menjadi lebih baik, lebih adil dan makmur, sehat rohani dan jasmani. Sabda Nabi Syu’aib a.s. kita jadikan salah satu pegangan kita: “Tidak ada yang aku inginkan kecuali perbaikan selama aku masih sanggup. Dan tidak ada petunjuk yang aku ikuti kecuali dari Allah. Kepada Nya aku berserah diri dan kepada Nya pula aku akan kembali” (Al-Qur’an: Hud 88).
Amien Rais menulis, menegakkan keadilan menjadi kewajiban kita semua bukan saja karena diwajibkan oleh semua agama (terutama tiga agama samawi, yaitu Yahudi, Nasrani dan Islam), tetapi juga keadilan dalam arti luas (keadilan sosial, ekonomi, hukum, politik, dan pendidikan dll) adalah kunci satu-satunya tegaknya Bangsa dan Negara Indonesia.
“Tanpa Adil dan Keadilan yang tertera dalam Pancasila, masa depan Bangsa dan Negara Indonesia pasti akan goyah,” ungkap Amien.
Lebih lanjut, tokoh pendiri PAN itu mengatakan, tidak peduli apa pun nama dan sistem yang diikuti oleh berbagai bangsa, apakah republik, republik rakyat, kerajaan, kesultanan, keamiran, atau katakanlah demokrasi dengan segala embel- embelnya, selama keadilan bagi rakyat masing-masing terjamin dan berjalan dengan mantap maka bangsa dan negara bersangkutan akan stabil, kokoh, aman, dan tentram.
Sebaliknya bila keadilan sudah berubah menjadi kezaliman sosial, ekonomi, politik, hukum, dll, maka lambat atau cepat bangsa dan negara bersangkutan akan ambruk. Barangkali hal ini sudah menjadi hukum besi sejarah. “Semua kitab suci agama samawi, saya yakin, mengajarkan hal itu secara terang benderang. Sejarah umat manusia sejak dulu sampai sekarang juga menunjukkan hal yang sama.” (des)