LONDON, (Panjimas.com) — Inggris baru-baru ini mendesak pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi untuk menyelidiki proses pengadilan terhadap dua wartawan Reuters, Jumat (11/10).
“Kami sangat khawatir tentang proses hukum dalam kasus ini,” pungkas Menteri Luar Negeri Inggris Jeremy Hunt kepada radio BBC.
Hunt juga mendesak Aung San Suu Kyi untuk menaruh perhatian kepada nasib dua wartawan Reuters setelah pengajuan bandingnya ditolak.
“Sebagai seseorang yang memperjuangkan demokrasi di Burma, dia harus menaruh minat pribadi pada masa depan kedua jurnalis pemberani ini,” ujar Hunt.
Pengadilan Myanmar pada Jumat (11/01) juga menolak banding dua wartawan Reuters yang dijatuhi hukuman tujuh tahun penjara dengan tuduhan melanggar Undang-Undang Rahasia Resmi.
Pengadilan Myanmar mengatakan banding dua wartawan itu tidak memberikan bukti cukup untuk menunjukkan mereka tidak bersalah.
“Itu adalah hukuman yang sesuai,” jelas Hakim Pengadilan Tinggi Aung Naing, dikutip dari Anadolu.
Sementara itu, Pemimpin Redaksi Reuters, Stephen J. Adler mengatakan putusan ini adalah bentuk ketidakadilan terhadap dua wartawannya, Wa Lone dan Kyaw Soe Oo.
“Mereka tetap berada di balik jeruji besi karena satu alasan: mereka yang berkuasa berusaha membungkam kebenaran,” tandas Adler dalam pernyataannya, dilansir Reuters.
Adler menegaskan peliputan jurnalistik bukan merupakan kejahatan dan sampai Myanmar mengakui kesalahannya, pers di Myanmar tidak akan bebas.
“Komitmen Myanmar terhadap supremasi hukum dan demokrasi masih diragukan,” tukas Adler.[IZ]