BOGOR, (Panjimas.com) — Institut Pertanian Bogor (IPB) menurunkan Tim Aksi Sigap atau TAS dari Pusat Studi Bencana ke lokasi terdampak Tsunami Selat Sunda di Provinsi Banten.
Rektor IPB, Dr Arif Satria saat dihubungi Senin (24/12), mengatakan, begitu luasnya dampak dan risiko yang ditimbulkan oleh bencana Tsunami tersebut, pihaknya bergerak cepat untuk memberikan kontribusi kepada masyarakat yang terdampak.
“Tim Pusat Studi Bencana IPB sudah diturunkan sejak Minggu (23/12) kemarin, selain menyalurkan bantuan, dan melakukan pendataan termasuk dokumentasi lokasi terdampak bencana,” ujar Arif Satria.
Tim Aksi Sigap (TAS) bencana yang diturunkan terlebih dahulu ke lapangan sebaga tim pendahulu dikoordinasi langsung oleh Kepala Pusat Studi Bencana LPPM IPB, Dr Yonvitner, dan Surya Genta Akmal sebagai penggerak tim di lapangan.
Tiga tugas utama TAS Pusat Studi Bencana IPB yakni melakukan koordinasi dengan posko Himpunan Alumni-IPB Banten di Labuan dalam berbagai hal, melakukan pengiriman dan pemberian bantuan kepada korban bencana di posko bencana yang ada di Kecamatan Sumur, Panimbang, Carita serta Anyer.
Tugas berikutnya melakukan pengumpulan data dan dokumentasi lokasi-lokasi yang terdampak bencana Tsunami Selat Sunda.
Arif menyebutkan, sebagai institusi pendidikan IPB turun ke lapangan secara bertahap memberikan pendampingan kepala Provinsi Banten dalam proses penanggulangan bencana.
Dalam tahap reaksi cepat tanggap ini IPB membantu dalam penyaluran bantuan kepada pengungsi yang ada di posko- posko pengungsi yang ada disekitar kawasan tersebut.
“Selanjutnya IPB akan dilakukan pemantapan untuk mempersiapkan proses evakuasi dan rehabilitasi jangka panjang,” tukas Arif, dikutip dari Antara.
Peristiwa Tsunami Selat Sunda yang terjadi Sabtu (22/12) malam akibat erupsi gunung Anak Krakatau menerjang Pesisir Banten dan Provinsi Lampung Selatan.
Data BNPB menyebutkan tsunami senyap menewaskan sekitar 373 orang, 1.459 orang luka-luka, dan 128 orang hilang.
Dampak yang ditimbulkan tidak hanya korban jiwa, namun juga melumpuhkan berbagai aktivitas ekonomi masyarakat disepanjang kawasan pesisir Selatan Sunda di Provinsi Lampung dan Banten.
Selain itu, sebagai kawasan wisata, disepanjang pesisir Banten dan Lampung yang terdapat aktivitas ekonomi turut terdampak yaitu jasa kelautan, pertanian, perikanan dan kelautan serta perkebunan.
“Kegiatan ini merupakan wujud tanggung jawab IPB terhadap masyarakat dalam pengabdian pada masyarakat dan pendampingan,” jelas Arif.
Arif menambahkan, saat ini tim fokus di Provinsi Banten terutama di tiga kabupaten, yakni Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang, dan Kabupaten Labuan.
“Karena ini merupakan daerah yang memiliki keterkaitan dan kerja sama dengan IPB dalam pengembangan pertanian, perikanan kelautan dan pengembangan kapasitas masyarakat selain keberadaan IPB yang memang sangat dekat dengan lokasi bencana,” pungkas Arif Satria.
Sementara itu, Kepala LPPM IPB, Dr Aji Hermawan juga sudah mengkoordinasikan dan mempersiapkan berbagai keperluan untuk korban bencana tsunami senyap di Banten.
“Kehadiran IPB tidak hanya sebatas sebagai tim yang bergerak saat bencana terjadi, tetapi juga saat proses pemulihan pascabencana,” ujar Aji.
Peristiwa tsunami senyap di Selat Sunda ini juga menjadi kedukaan keluarga besar IPB yang kehilangan seorang dosen pengajarnya.
Dra Ani Purjayanti, MA Dosen Bahasa Inggris di Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) yang ikut menjadi korban terjangan tsunami.
Selain itu, tiga bus rombongan pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM-KM) IPB yang sedang mengikuti kegiatan di Tanjung Lesung, Banten telah kembali ke kampus dalam keadaan selamat.[IZ]