JAKARTA (Panjimas.com) – Ketua Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Tiar Prasetya mengatakan, alat pendeteksi tsunami (Buoy) untuk Perairan Selat Sunda sudah lama hilang. Adapun itu milik Badan Pengembangan dan Penerapan Teknologi (BPPT).
“11 tahun yang lalu sejak 2007, enggak tahu kemana. Buoy itu dari BPPT,” katanya di kantornya, Jakarta, Minggu (23/12).
Dia menuturkan, sampai sekarang Buoy tersebut belum dipasang. Dirinya mengatakan, memang pihaknya tak memiliki alat tersebut. “Kita enggak punya mantau tsunami. Kalau mantau vulkanik itu ada di anak Krakatau dan itu PVMBG,” jelasnya.
Meski Buoy banyak yang rusak dan tak dipasang di perairan Indonesia, BMKG selalu berusaha menyampaikan peringatan dini tsunami dilakukan secepat mungkin. “Ada atau tidak ada Buoy, kalau ada gempa dan kita yakin potensi tsunami kurang dari 5 menit kita berikan warning ke masyarakat,” tukas Tiar.
Sebelumnya, pasca tsunami di Palu, Presiden Jokowi memerintahkan kepada Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) agar memperbaiki alat pendeteksi gelombang pasang dan tsunami (Buoy).
“Saya perintahkan agar alat ini diperbaiki kemudian diawasi dan dijaga karena itu alat yang sangat penting dalam mendeteksi kejadian yang akan sangat terjadi,” kata Jokowi.
Dia juga meminta kepada semua pihak agar menjaga alat tersebut. Sebab pengamanan alat-alat tersebut berguna untuk mendeteksi gelombang tsunami.
“Kita juga memerlukan kesadaran bersama masyarakat, kita semua agar alat-alat seperti itu tidak dirusak atau tidak diambil karena alat ini sangat berguna sekali,” ungkap Jokowi. (des/MDK)