JAKARTA, (Panjimas.com) – Ketua Dewan Syuro Al-Irsyad Al-Islamiyyah KH Abdullah Djaidi mengutuk keras penindasan yang makin massif terhadap Muslim etnis Uyghur di Xinjiang, Republik Rakyat Cina.
“Apa yang dilakukan oleh pemerintah komunis Cina ini adalah kejahatan kemanusiaan secara sistemik untuk menghabisi identitas bangsa dan agama Muslim Uyghur,” kata Abdullah Jaidi melalui releasenya Sabtu, (22/12).
Untuk itu, Al-Irsyad Al-Islamiyyah menuntut pemerintah Cina untuk menghentikan semua penindasan tersebut dan membebaskan kaum Muslim Uyghur melaksanakan ajaran agamanya.
Seperti diberitakan media massa internasional, Muslim Uyghur di Xinjiang mengalami penyiksaan, pengucilan, dan pelarangan menjalankan ajaran agama. Bahkan ada satu juta Muslim yang dimasukkan ke kamp konsentrasi khusus atas dasar alasan “pendidikan” padahal yang terjadi adalah pemaksaan atheism terhadap Muslim.
“Muslim Uyghur dipaksa untuk menanggalkan keimanannya terhadap Tuhan oleh pemerintah Komunis Cina. Ini sungguh tidak bisa dibenarkan oleh hak asasi manusia dan hukum apapun,” kata Abdullah.
Sebagai organisasi yang sudah berusia lebih dari 104 tahun, Al-Irsyad Al-Islamiyyah senantiasa mengikuti dengan seksama dan sangat peduli pada apa yang terjadi pada umat Islam, baik di Indonesia maupun diluar negeri, apalagi yang menjadi minoritas. Abdullah Jaidi berharap agar pemerintah Indonesia bersikap proaktif dan tegas dalam membela kepentingan umat Islam yang sedang dizalimi di Xinjiang.
“Sebab, Indonesia adalah negara Muslim terbesar, dan Cina punya kepentingan besar pula secara ekonomi di Indonesia,” kata Abdullah.
Abdullah Jaidi juga meminta umat Islam di Indonesia dan seluruh dunia untuk membantu saudara-saudara seiman di Xinjiang melalui cara-cara yang memungkinkan. Bila perlu umat Islam seluruh dunia memboikot produk-produk Cina untuk menekan pemerintah Cina.
“Produk-produk Cina sekarang sangat dominan di negara-negara Muslim. Kalau umat Islam kompak memboikot produk-produk tersebut maka akan menjadi alat penekan yang efektif terhadap pemerintah Cina agar menghentikan penindasannya terhadap Muslim Xinjiang,” tegas Abdullah Jaidi. [RN]