JAKARTA (Panjimas.com) – “Ketahanan keluarga dalam membentuk generasi berkualitas di era globalisasi” menjadi tema Kongres Muslimah Indonesia ke-2 yang digelar hari ini, Senin (17-19 Desember 2018), di Hotel Grand Cempaka, Jalan Letjend Suprapto Cempaka Putih DKI, Jakarta.
Dalam Kongres tersebut, dibahas sejumlah permasalahan, diantaranya soal tingginya angka perceraian. Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama RI pada tahun 2010 menyatakan bahwa dari 2 juta orang yang menikah setiap tahun, ada 285.184 perkara yang berakhir dengan perceraian, dan jumlahnya selalu meningkat dimana 70% penggugat cerai adalah istri, dengan alasan suami tidak bisa memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.
Ketua Komisi Perempuan, Remaja dan Keluarga Majelis Ulama Indonesia (PRK-MUI) Pusat, Hj. Azizah kepada wartawan mengatakan, melalui Kongres Muslimah Indonesia, kaum perempuan didorong untuk mandiri secara ekonomi. “Kita akan beri pelatihan untuk menjadi pengusaha. Bisa kita undang pemberi materi tokoh-tokoh perempuan pengusaha yang sukses, seperti Ibu Dewi Motik dan sebagainya.”
Dikatakan Azizah, peran perempuan dalam ketahanan keluarga sangat signifikan. Perempuan twrutama kaum ibu memiliki andil besar dalam tumbuh kembang anak baik secara fisik, psikis maupun psikososial, menjadi manajer dan penjaga keutuhan, kehormatan dan ketentraman rumah tangga, serta menjadi kontributor ekonomi keluarga.
“Peran ibu yang optimal menyumbangkan kekuatan, kestabilan dan ketangguhan pada keluarga, dan pada akhimya konsistensi institusi keluarga membentuk pilar-pilar kokoh bagi kekuatan suatu bangsa,” ujarnya.
Ketahanan keluarga yang kokoh saat ini mendapat tantangan yang besar dari masyarakat itu sendiri. Azizah memberi contoh, kasus bom bunuh diri di Surabaya pada Mei 2018 mengejutkan semua orang, karena seorang ibu membawa semua anaknya dalam aksi tersebut.
Lebih lanjut, Azizah memaparkan, fenomena keroposnya ketahanan keluarga juga terlihat pada remaja. KPAI merilis bahwa 70% kasus LGBT disebabkan karena ling.kungan. Menjamurnya video-video artis luar negeri merupakan model yang mudah diimitasi remaja.
“Remaja kita beragama Islam, namun gaya hidupnya jauh dari tuntunan Islam. Alih-alih melantunkan hafalan Al-Qur’an, lidah remaja muslim Indonesia lebih fasih menyanyikan lagu hit milik Blackpink, “Ddu-du ddu duu” untuk menenangkan dirinya (https://youtu.be/DXchpV4-Uo).”
Selain itu, masalah kesehatan juga menggerogoti ketahanan keluarga. ASEAN Milenium Development Goals (MDGs) tahun 2017 menunjukkan bahwa pada tahun 2015 angka kematian ibu saat melahirkan mencapai 305 per 100.000 kelahiran atau posisi tertinggi kedua di Asia Tenggara setelah Laos, yakni 357 per 100.000 kelahiran.
Dari uraian di alas, Komisi Perempuun, Remaja dun Keluarga Majelis Ulama Indonesia (KPRK-MUI) sangat berkepentingan untuk mendorong terwujudnya kesejahteraan bangsa Indonesia melalui penguatan dan optimalisasi peran perempuan secara berkesinambungan dalam membangun ketahanan keluarga yang berlandaskan pada ajaran Islam yang bersumber pada Al-Quran dun Sunnah Rasulullah SAW.
“Oleh karenanya, Komisi PRK-MUI merasa perlu melakukan langkah strategis untuk meningkatkan penguatan ekonomi, hukum, sosial, pendidikan dan dakwah bagi perempuan. Pada akhimya ketahanan keluarga menjadi menjadi salah satu pilar terwujudnya Ketahanan Nasional.
Kongres Muslimah Ke-2 dihadiri oleh 200 peserta, yang terdiri dari Pimpinan MUI Pusat, Pimpinan Komisi Perempuan Remaja dan Keluarga MUI Provinsi seluruh Indonesia, Ormas Islam Perempuan Tingkat Pusat Se-Indonesia, Pimpinan Organisasi Perempuan Intemasional, Ulama Perempuan, dan Instansi terkait.
Kongres Muslimah Ke-2 ini dibuka secara resmi oleh Prof. Dr. KH. Ma’ruf Amin selaku Ketua Umum MUI, Sri Mulyani, SE., M.Sc., Ph.D sebagai Menteri Keuangan RI, dan pemberian pengarahan oleh Jendral Purnawirawan Ryamizard Ryacudu sebagai Menteri Pertahanan.
Tujuan Kongres Muslimah Imdonesia ke-2 adalah untuk menjaga Ketahanan Keluarga Indonesia, membangun sinergitas antara pemerintah dan masyarakat; dan menguatkan peran Muslimah dalam menghadapi tantangan Zaman.
Adapun output yang diharapkan dari kegiatan inj adalah terwujudnya kesamaan persepsi untuk memperkuat Ketahanan Keluarga dan menghasilkan Rekomendasi Kongres Muslimah Indonesia Ke-2. (des)