DOHA, (Panjimas.com) — Utusan Qatar yang mengawasi bantuan kemanusiaan ke wilayah Jalur Gaza baru-baru ini mengusulkan pembangunan sebuah bandara di Gaza, Senin (10/12). Akan tetapi, usulan ini tidak mendapat tanggapan dari Israel.
Dalam koordinasi dengan Israel dan PBB, Qatar telah menyumbangkan ratusan juta dolar untuk berbagai proyek di Jalur Gaza sebagai upaya untuk mengurangi kemiskinan dan mencegah eskalasi kekerasan, dikutip dari Al Jazeera.
“Mereka [Israel] mengatakan akan dibicarakan dan mereka menunda. Kami akan memperbarui permintaan kami,” ujar Duta Besar Qatar Mohammed al-Emadi kepada kantor berita yang bermarkas di Gaza, SAWA.
Al Emadi mengatakan, Israel khawatir akan masalah keamanan. Namun Qatar meyakini bahwa pesawat akan terbang ke Doha dan kembali ke Gaza dari Qatar. Penerbangan juga akan dilakukan di bawah pengawasan keamanan Qatar.
Menurur al-Elmadi, Israel belum menanggapi permintaan itu. Namun, Israel mengusulkan agar bandara tersebut dibangun di sisi perbatasan, sebuah ide yang ditolak oleh Qatar.
Cogat, agen pemerintah Israel yang telah berkoordinasi dengan Qatar dalam upaya bantuan Gaza, menolak berkomentar mengenai pernyataan Dubes Qagtar Mohammed Al-Emadi.
Pada tahun 1998, Palestina mendapatkan bandara internasional pertama mereka sebagai hasil perjanjian damai bersejarah dengan Israel. Namun, Israel menghancurkan antena radar dan landasan pacu setahun setelah gelombang kerusuhan yang dikenal Intifadah Al-Aqsa II.
Israel menarik para pemukim ilegal Yahudi dan tentaranya dari Gaza pada 2005, tetapi negara itu mempertahankan kontrol ketat atas perbatasan darat, udara dan laut Gaza. Mesir mengontrol akses dari selatan.
Israel mengatakan, blokade itu untuk menghentikan senjata memasuki Jalur Gaza dan mengisolasi Hamas yang telah mengendalikan wilayah dengan dua juta penduduk Gaza sejak tahun 2007.[IZ]