JENEWA, (Panjimas.com) — Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) mengumumkan bahwa sekitar 1.500 warga sipil dilaporkan tewas atau mengalami luka-luka selama bulan Agustus-Oktober tahun ini di Yaman.
Dalam konferensi pers di kantor PBB di Jenewa, salah satu juru bicara UNHCR Shabia Mantoo menyerukan kepada pihak-pihak yang berkonflik di negara itu untuk melakukan perlindungan terhadap warga sipil. Karena semakin hari semakin banyak rakyat Yaman yang mengalami penderitaan.
Shabia Mantoo mengatakan, sebanyak 1.478 orang yang tewas atau terluka dalam 670 serangan bersenjata selama 3 bulan tersebut, dikutip dari Anadolu.
Sebanyak 217 anak dan perempuan tewas, sementara itu 268 lainnya menderita luka-luka selama periode ini.
Mantoo menyampaikan, dengan begitu rata-rata 123 orang tewas dan terluka tiap pekannya, dikutip dari Japan Times.
Setidaknya 16 ribu warga sipil tewas sejak awal perang saudara di negara tersebut.
Konflik Yaman telah menimbulkan krisis kemanusiaan di negara yang berpenduduk 28 juta jiwa itu, 8,4 juta orang diantaranya diyakini berada di ambang kelaparan dan 22 juta sangat bergantung pada bantuan kemanusiaan.
Yaman yang kini menjadi negara miskin, tetap berada dalam keadaan kacau sejak tahun 2014, ketika milisi Syiah Houthi dan sekutunya menguasai ibukota Sanaa dan bagian-bagian lain negara ini.
Sejak Maret 2015, koalisi internasional yang dipimpin Saudi telah memerangi pemberontak Syiah Houthi yang disokong rezim Iran dan pasukan-pasukan yang setia kepada mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh, Arab Saudi dan sekutu-sekutu negara Muslim Sunni meluncurkan kampanye militer besar-besaran yang bertujuan untuk mengembalikan kekuasaan yang diakui secara internasional dibawah Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi.
Arab Saudi dan para sekutunya melihat milisi Houthi sebagai proxy kekuatan Iran di dunia Arab. Koalisi militer Arab yang dipimpin oleh Saudi di Yaman terdiri dari Koalisi 10 negara yakni Arab Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab, Qatar, Bahrain, Yordania, Mesir, Maroko, Sudan, dan Pakistan.
Sejumlah organisasi hak asasi manusia telah menuding Kerajaan Saudi terlibat kejahatan perang sebagai akibat dari kampanye pengebomannya yang dapat dianggap sembarangan dan menyebabkan kerusakan berlebihan pada negara tersebut termasuk jumlah korban tewas yang cukup tinggi.
Menurut pejabat PBB, lebih dari 10.000 warga Yaman telah tewas akibat konflik berkepanjangan ini, sementara itu lebih dari 11 persen dari jumlah penduduk negara itu terpaksa mengungsi, sebagai akibat langsung dari pertempuran yang tak kunjung usai. Untuk diketahui, lebih dari setengah total korban adalah warga sipil. sementara 3 juta lainnya diperkirakan terpaksa mengungsi, di tengah penyebaran malnutrisi dan penyakit.[IZ]