JAKARTA, (Panjimas.com) – Terbatas fisik tidak menghalangi orang ikut berkumpul bersama umat. Sedikitnya 20 Tunarungu dari yayasan Majelis Taklim Tuli Indonesia menghadiri Reuni Akbar 212 jilid dua di Monas, Jakarta Pusat.
Dody Nur, selaku pemandu jama’ah MTTI mengungkapkan tadinya ada 50 jama’ah yang ingin mengikuti acara tahunan umat Islam itu. Hanya saja ketika dikumpulkan di kantor yayasan MTTI di Jakarta Selatan, hanya 20 jama’ah yang bisa ikut.
“Mereka kan tidak tinggal di yayasan, mereka memiliki kesibukan masing-masing. Alhamdulillah ini bisa ikut 20 jama’ah. Dan memang mereka semangat sekali untuk mengikuti acara ini,” ujar Dody setelah shalat subuh di belakang panggung utama aksi Reuni 212, Ahad (2/12/2018), kepada INA News Agency.
Redaksi meminta Dody untuk membantu kami mewawancarai satu dua orang jama’ah MTTI. Oleh Dody atau yang biasa dipanggil Daud pun memanggil wakil ketua yayasan MTTI yang juga Tunarungu, dia adalah Rama asal Medan, sudah lama tinggal di Jakarta.
Dengan diterjemahkan menggunakan bahasa isyarat oleh Dody, redaksi menanyakan perihal motivasi para Tunarungu ini menghadiri aksi reuni 212, yang menurut penulis pribadi cukup menguras energi, terlebih orasi yang dibawakan para orator kesemuanya berupa suara, tidak ada yang menggunakan bahasa isyarat.
Rama menjawab dengan bahasa isyarat yang diterjemahkan oleh Daud.
“Kami senang dan termotivasi mempelajari Islam lebih dalam, karenanya kita hadir ke acara ini,” ujar Rama pada jejaring berita yang diinisiasi Jurnalis Islam Bersatu (JITU).
Kami pun menanyai apakah para Tunarungu memahami apa yang disampaikan oleh orator. Rama menjelaskan bahwa mereka tidak tau apa yang disampaikan orator, hanya saja ia dan teman-temannya merasa terbantu dengan pendamping dari yayasan MTTI yang menerjemahkan orasi.
“Tapi kadang ada yang nyambung ada yang tidak, kaya khutbah jumatan saja, tidak semuanya paham,” ujar Rama.
Rama juga mengungkapkan bahwa dirinya merasa semangat ketika peserta reuni lain menunjukkan ekspresi semangat dengan mengacung kepalan tangan ke udara sembari meneriakkan takbir – terlihat dari ekspresi peserta reuni.
Sementara itu, salah satu jama’ah MTTI, Tengku Farid asal Aceh mengungkapkan motivasinya menghadiri reuni 212 jilid dua ini. Menurutnya, ia bahagia bisa bertemu dengan saudara-saudaranya seiman.
“Senang bertemu umat Islam, mentabligh ajaran Islam. Kita tunarungu, tertutup awam, kita harus banyak belajar, jangan hanya diam saja, di MTTI banyak belajar, Alhamdulillah,” ujarnya.
Terakhir Daud pun menjelaskan bahwa teman-teman Tunarungu ini kebanyakan mengalami krisis akidah. Karena tidak adanya penjelasan, beberapa di antara mereka diawal masuk MTTI tidak mengerti siapa itu Allah.
“Bahkan ada yang menyebut nabi Muhammad adalah istri Allah,” ujar Daud jejaring berita yang diinisiasi Jurnalis Islam Bersatu (JITU).
Atas pernyataan ini, kami merasa bergetar, betapa di Indonesia yang mayoritas masyarakat nya Islam, masih ada yang tidak paham siapa Tuhan mereka.
Sebagaimana diketahui, Reuni 212 adalah gerakan simpatik yang pernah dilakukan tujuh juta warga Indonesia pada 2 Desember 2016 yang menuntut keadilan atas penistaan terhadap ayat suci Al Quran oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu Basuki Tjahaja Purnama.
Basuki, atau akrab disapa Ahok, akhirnya diputuskan bersalah dengan vonis 2 tahun penjara oleh hakim atas kasus penodaan agama pada Mei 2017. Ahok kini ditahan di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok. [RN/MJ]