YOGYAKARTA, (Panjimas.com) – Bertepatan tahun politik menjelang tahun 2019 banyak kepentingan yang akan dimainkan dalam berbagai hal. Salah satunya di dalam rangka kegiatan Muktamar Pemuda Muhammadiyah yang diadakan di Yogyakarta pada tanggal 26 sampai dengan tanggal 28 November 2018 mendatang.
Menurut Dahnil Anzar Simanjuntak selaku Ketua PP Pemuda Muhammadiyah seiring dirinya selaku pimpinan tertinggi organisasi kepemudaan dari Ormas terbesar kedua di Indonesia itu banyak melakukan aktivitas perlawanan dan sikap politiknya terhadap penguasa atas kebijakan kebijakan yang tidak berpihak kepada kebenaran dan banyak melakukan tindakan kemungkaran.
Maka sejak itu pula suara suara kritis yang diserukan dan didengungkannya mendapat perlawanan dan harus dihentikan agar tidak lagi menggangu kepentingan dari penguasa dan pihak pihak tertentu yang terganggu dengan apa yang dibuatnya.
Masih menurut dirinya sebut saja beberapa kali ia berusaha mencoba membela kepentingan rakyat yang mendapat kedzholiman dan penindasan. Seperti saat dirinya mengungkap kasus Siyono yang meninggal karena akibat tuduhan terorisme. Begitu juga pada kasus advokasi pembelaan Novel Baswedan (anggota KPK) maka seorang Dahnil Anzhar begitu peduli dan keras pembelaannya dalam dua kasus itu dan begitu juga kasus kasus pembelaan terhadap umat Islam lainnya.
“Bahwa saya selalu punya keyakinan kalau suara suara kritis itu tidak boleh diredam. Namun sayangnya seolah-olah ada yang menginginkan suara dari Pemuda Muhammadiyah ini harus dikuasai agar tidak lagi memproduksi suara suara kebenaran atau tidak lagi kritis terhadap kekuasaan,” ujar Dahnil ketika ditemui Panjimas secara ekslusif pada tengah malam Ahad, (25/11) sebelum dibukanya kegiatan Muktamar Pemuda Muhammadiyah di sebuah tempat di daerah Yogyakarta.
Saat persiapan kegiatan Muktamar Pemuda Muhammadiyah kali ini Dahnil menilai banyak intervensi yang dibuat dan terjadi. Hal itu bisa terlihat dari badai fitnah yang menerpa Pemuda Muhammadiyah maupun yang menimpa dirinya selaku ketua umumnya.
“Saya berharap intervensi-intervensi itu bisa dilawan oleh kawan-kawan dari Pemuda Muhammadiyah dengan tetap berdiri teguh diatas integritasnya dan kuat melawan semua fitnah yang dituduhkan selama ini kepada kami,” tandas Dahnil kepada Panjimas.
Sejak awal Dahnil juga menjelaskan jika dirinya tidak ada kaitannya dengan masalah korupsi yang dituduhkan pihak kepolisian. Karena sejak awal BPK sudah mengatakan kalau tidak ada kerugian negara dalam masalah itu dan kemudian kepolisian punya perspektif tersendiri dan menarik menarik BPK agar mengikuti keinginan mereka. Bahkan menurutnya Menpora juga mengatakan tidak ada masalah dengan masalah itu.
“Saya pikir jika polisi mencari-cari kesalahan maka akan didapat banyak kesalahan dari ormas dan lembaga yang melakukan kesalahan yang dilakukan. Apalagi ormas atau OKP adalah yang bekerja atas dasar voluntery (kerelaan). Nah yang aneh adalah kenapa hanya Muhammadiyah yang dicari-cari kesalahannya. Bukan Banser atau KNPI atau yang lainnya. Ini yang aneh dan tidak adil menurut kami,” pungkas Dahnil. [ES]