WASHINGTON, (Panjimas.com) — Media terkemuka Amerika Serikat (AS), New York Times (NYT) mengatakan rencana Myanmar untuk merepatriasi (pemulangan kembali) warga Rohingya gagal mengatasi penganiayaan terhadap muslim di negara itu.
Dalam sebuah kolom opini, Dewan Redaksi New York Times (NYT) mengatakan warga Rohingya harus dapat pulang kembali ke rumah mereka di Myanmar, namun mendorong mereka kembali para pengungsi Rohingya melintasi perbatasan bukanlah cara yang tepat.
“Tidak ada yang bertanya kepada (pengungsi) Rohingya tentang rencana repatriasi, dan mereka sangat panik ketika pasukan Bangladesh memasuki kamp-kamp mereka dan mengatakan kepada kelompok beranggotakan 2.200 orang untuk bersiap pergi,” tulis Dewan Redaksi NYT, Kamis (22/11) lalu.
“Dengan satu suara, yang tua dan yang muda berteriak, ‘Kami tidak akan pergi!'” imbuhnya.
“Posisi warga Rohingya semakin terdesak di antara ketidakadilan terburuk yang terjadi di dunia saat ini,” tulis redaksi New York Times.
Media AS itu juga mengkritik keras pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi atas perannya dalam penganiayaan terhadap Muslim Rohingya.
“Pemerintah Myanmar, termasuk Aung San Suu Kyi yang sebelumnya disegani, telah membantah segala kesalahan yang dituduhkan kepadanya, menggunakan alasan kuno dan sejarah timpang untuk membenarkan perlakuannya terhadap Rohingya sebagai pengusik di tanah yang didominasi umat Buddha,” tandasnya.
PBB dan berbagai kelompok hak asasi manusia menyatakan keberatan atas rencana untuk memulangkan warga Rohingya ke Myanmar, mengatakan bahwa kondisi yang belum kondusif bisa membahayakan jiwa mereka.
“Tidak pada Nyonya Aung San Suu Kyi, dunia tidak membutuhkan penjelasan atau skema repatriasi Anda yang gagal mengatasi penganiayaan Rohingya dan memberi mereka jaminan bahwa mereka dapat membangun kembali rumah mereka yang terbakar habis dan hidup dalam keamanan dan bermartabat,” tulis Dewan Redaksi NYT.
UNICEF mencatat mayoritas besar pengungsi Rohingya di Cox’s Bazar Bangladesh, memilih enggan untuk pulang kembali kecuali jika keselamatan mereka terjamin.
Pekan lalu, pemerintah Bangladesh menangguhkan pemulangan warga Rohingya ke Myanmar menyusul aksi protes yang dilakukan lebih dari 700.000 pengungsi.[IZ]