SOLO, (Panjimas.com) — Menanggapi pernyataan Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Grace Natalie yang menegaskan pihaknya menolak Perda berbasis Agama dan Syari’ah Wakil Ketua Umum MUI, Prof Dr. Yunahar Ilyas menilai pernyataan tersebut merupakan cara berfikir sekuler. Menurutnya pernyataan ini merupakan bentuk upaya menyingkirkan agama dari negara.
Prof. Dr. Yunahar Ilyas menilai pernyataan tersebut dilontarkan tidak lepas dari dinamika pada tahun politik. Pernyataan Ketum PSI itu dilontarkan dengan tujuan untuk meraup dukungan.
“Itu kan jualan politik, jadi silahkan masyarakat menilai, kalau tidak suka ya jangan dipilih,” ujar Prof Dr Yunahar Ilyas saat ditemui Panjimas usai Resepsi Milad Muhammadiyah ke-106 di Puro Mangkunegaran Solo, Ahad (18/11/2018) malam.
Menurut Yunahar, apabila dilihat dari sisi sejarah Indonesia, pernyataan Ketum PSI tersebut ahistoris. Ia menegaskan, Indonesia tidak bisa dilepaskan dari agama dan syari’ah. Bahkan, Indonesia tidak bisa merdeka tanpa agama.
“Kalau kita baca sejarah, pikiran seperti itu, sesuatu yang ahistoris. Indonesia tidak bisa dilepaskan dari Agama, ndak bisa dilepaskan dari Syariah,” ujar Prof. Yunahar.
“Kalau misalkan Indonesia menjauh dari Agama, ndak akan merdeka Indonesia itu. Boleh dikatakan nyawa yang menjadi pemersatu Indonesia itu adalah Agama”, jelasnya.
“Orang mau berjuang, mengorbankan harta dan nyawanya karena cinta tanah air, tapi motivasi yang mendorong adalah spirit agama,” papar Prof Yunahar yang juga merupakan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu.
Ia menegaskan, Indonesia bukanlah negara sekuler. Bahkan agama menjadi salah satu sumber hukum di Indonesia. Banyak produk Undang Undang yang bersumber dari agma diterapkan di Indonesia. Misalnya, undang undang perkawinan dan undang undang perbankan syari’ah.
“Agama punya peran yang sangat penting. Kalau ingin menyingkirkan agama dari kehidupan berbangsa dan bernegara itu cara berfikir sekuler,” tukasnya.[IZ]