BALIKPAPAN, (Panjimas.com) — Menanggapi dinamika kebangsaan saat ini, Hidayatullah meneguhkan komitmennya untuk tetap fokus berdakwa. Menurut Ketua Umum DPP Hidayatuallah, program pokok HIdayatuallah ialah mengembangkan dakwah serta memajukan pendidikan untuk melahirkan sumber daya insani unggul, maju, beradab dan bermartabat.
Hal ini disampaikannya Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah KH. Dr. Nashirul Haq dalam taushiahnya saat penutupan Rakernas Hidayatullah 2018 di Pondok Pesantren Hidayatullah Gunung Tembak, Teritip, Balikpapan, Rabu (21/11) lalu.
Nashirul menekankan setiap anggota persyarikatan Hidayatullah agar selalu menjaga kultur musyawarah yang juga menjadi nilai mulia kebangsaan Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam sila Pancasila.
“Selalu kedepankan musyawarah. Hasil musyawarah itu mulzim (imperatif) sehingga yang namanya kesepakatan harus dipatuhi. Musyawarah kita adalah untuk bekerja. Makanya namanya rapat kerja. Kita rapat untuk kerja,” pungkas Nashirul dalam keterangan persnya.
Oleh karena itu, Nashirul Haq mendorong segenap pengurus struktural Hidayatullah baik wilayah dan daerah di Indonesia untuk memastikan program kerja dapat disusun secara terukur dan terlaksana dengan baik.
Anggota Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia ini pun mendorong dai-daiyah untuk berikhtiar melakukan kerja kerja secara maksimal dengan mencurahkan segala kemampuan secara optimal. Jika sudah optimal, lanjutnya, ini baru namanya mujahadah. Jika usaha sungguh-sungguh sudah dilakukan, barulah Allah akan memberikan bantuan dan hiburan bagi orang-orang beriman.
“Semakin tinggi mujahadah kita, semakin tinggi lintasan ilhami yang didapatkan. Kita bertugas dengan amanah yang berat ini, semua harus dimunajatkan kepada Allah. Dengan beban berat itulah, kita selalu melibatkan Allah SWT,” ujarnya berpesan kepada para peserta Rakernas Hidayatullah 2018.
Selain itu, sebagai dai, Nashirul berpesan agar memperhatikan dua hal penting. Pertama, aspek profesionalisme. Profesionalisme, jelasnya, adalah dengan bekerja benar. Tidak asal-asalan.
“Kedua, aspek spiritualitas. Munajat kepada Allah. Kita harus meyakini bahwa amanah ini adalah karena Allah. Maka apapun program yang kita, harus berorientasi hanya kepada Allah SWT,” imbuhnya seraya mengatakan aspek spiritualitas harus menjadi nomor satu sebab jika tidak aktifitas kita bisa menimbulkan kebosanan.
Nashirul Haq melanjutkan, kader dan dai Hidayatullah mesti fokus apalagi kerja dakwah pembinaan umat ini bukanlah perkara sederhana. Sebab, menurutnya fokus saja tidak bisa kerjakan secara maksimal, apalagi tidak fokus. Oleh karena itu, Ia berharap muatan 3M (Musyawarah, Mujahadah, Munajat) ini dapat menjadi kultur yang selalu terpelihara dalam lingkungan Hidayatullah.[IZ]