ISTANBUL, (Panjimas.com) — Pakar kajian zionisme, Dr. Azzam Al Tamimi mengatakan bahwa bahasa yang digunakan oleh media-media internasional terhadap isu Palestina harus diperbaiki dan diubah sehingga mampu membantu perjuangan Palestina, demikian pernyataanya yang disampaikan dalam Konferensi Media Dunia membahas isu Palestina di Istanbul, Sabtu (17/11) lalu.
Pernyataan Al Tamimi disampaikan dalam konferensi yang mengusung tema “Mengembangkan Wacana Media Global tentang Palestina” yang diadakan di kota Istanbul, Turki.
Azzam al-Tamimi emrupakan seorang aktivis dan peneliti Palestina. Ia mengatakan permasalahan dari kekejaman gerakan Zionisme dan kekerasan yang terjadi di Palestina harus tetap diangkat dan terus dipantau.
Dia menambahkan bahwa wacana pro-Palestina tidak hanya menyoroti pentingnya menciptakan sebuah entitas politik Palestina belaka atau negara Palestina.
“Tetapi asal masalah yang mengakibatkan rezim etnis Zionis,” imbuhnya, dikutip dari Anadolu Agency.
Azzam mengatakan retorika ini harus digunakan untuk melawan gerakan internasional melawan gerakan Zionis seperti melawan gerakan rezim Apartheid di Afrika Selatan.
Wakil Direktur Jenderal Kantor Berita Turki Anadolu Agency Metin Mutanoglu mengatakan apa yang terjadi di Palestina akan selalu muncul di media Turki.
“Sebagai orang Turki, kami merasakan peluru-peluru Israel mengenai rumah kami ketika tentara menembakkannya ke warga Palestina di Gaza,” pungkasnya.
Dia pun memastikan apa yang terjadi di Palestina memiliki efek secara langsung di negaranya.
Menanggapi reaksi masyarakat internasional terhadap penderitaan Palestina, Mutanoglu berkata: “Orang-orang Palestina telah menderita selama lebih dari enam dekade, tetapi masyarakat internasional tidak peduli, karena mereka lebih suka menjaga kepentingan mereka sendiri dengan mengorbankan bantuan untuk orang-orang Palestina. ”
Untuk meningkatkan retorika internasional mengenai perjuangan Palestina, ia mendesak: “Kita seharusnya tidak hanya menulis cerita tentang orang-orang Palestina sebagai orang yang tertindas dan menjadi korban, tetapi kita harus mencerminkan perjuangan Palestina dengan orang-orang yang memiliki budaya yang kaya dan memiliki sejarah yang panjang,”
Farid Abu Dheir, Profesor kajian media di Universitas Al-Najah di Tepi Barat, berpendapat bahwa masalah terbesar yang dihadapi Palestina adalah para musuh tersebut berinvestasi di sejumlah media dengan tujuan agar menciptakan jaringan media internasional yang mendukung narasi media tersebut.
“Kami telah menderita terhadap hegemoni media mereka selama beberapa dekade, tetapi saat ini kami hidup di era media sosial, dan kami masih belum dapat mengalahkan narasi Israel,” tukasnya.
Dia setuju dengan Mutanoglu yang tidak hanya fokus mengangkat isu Palestina sebagai orang yang tertindas tetapi juga sebagai orang yang sukses dan penuh harapan.”
Sementara itu, Wartawan Indonesia Nour Hassan, Wakil Pemimpin Redaksi Harian Republika mengatakan setiap serangan Israel terhadap Palestina menjadi berita utama di media Indonesia.
“Karena berita-berita pro-Palestina yang ditonton media Indonesia, kami melihat ribuan orang melakukan aksi demonstrasi dan demonstrasi pro-Palestina di Jakarta,” tambah dia.
Sebuah konferensi besar dibuka di Istanbul pada hari Sabtu dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran global tentang Palestina.
Forum ini diselenggarakan oleh Forum Internasional Palestina untuk Media dan Komunikasi yang berbasis di Beirut, konferensi ini menyatukan ratusan jurnalis, akademisi, dan penulis dari sekitar 60 negara di seluruh dunia.[IZ]