ADDIS ABABA, (Panjimas.com) — Pemimpin negara-negara Afrika menggelar pertemuan Sabtu (17/11) lalu untuk membahas reformasi institusi Komisi Uni Afrika, sebagai salah satu landasan agar Afrika mampu berbicara dengan satu suara di panggung dunia internasional.
Pimpinan Komisi Uni Afrika Moussa Faki Mahamat mengatakan fleksibilitas dan independensi institusi secara finansial adalah salah satu agenda reformasi yang akan dibahas.
“Selama dua hari ke depan, para pemimpin mempertimbangkan beberapa pilihan dan memutuskan arah masa depan dari reformasi,” ujarnya, dikutip dari Anadolu Agency.
Tujuan reformasi adalah mencapai fleksibilitas yang lebih besar untuk merespons permintaan wilayah, tutur Faki.
Beberapa kemajuan telah dicapai dalam ruang lingkup meningkatkan kontribusi finansial dari negara-negara anggota dalam bentuk kontribusi keanggotaan sebagaimana memberikan 0,2 persen pungutan impor ke Uni Afrika.
Presiden Rwanda Paul Kagami –penggagas dokumen reformasi—mengatakan dalam acara pembukaan mengatakan, “kami sudah sangat banyak terlibat dan sebuah akhir sudah terlihat”.
Hampir USD55 juta telah dikumpulkan sejauh ini dalam bentuk pungutan impor dari negara-negara anggota sejak 2016, menurut Pierre Moukoko, Kepala Komisi Unit Implementasi Reformasi.
Menurut proyeksi, untuk mengurangi ketergantungan dana pada pendonor, komisi berharap dapat mengumpulkan dana tambahan sebesar USD40 juta pada 2020.
Dalam pidato pertamanya di Pertemuan Tingkat Tinggi Uni Afrika sejak berkuasa pada April ini, Perdana Menteri Ethiopia yang reformis Abiy Ahmed menyampaikan kepada para pemimpin Uni Afrika, “reformasi juga membutuhkan akuntabilitas.”
Dalam dunia yang kompetitif dan sarat konflik, Abiy mengatakan Afrika tidak dapat berdiri sendiri, dan reformasi dapat membawa Afrika mencapai prinsip-prinsip dan semangat pan-Afrikanisme.
Selama dua hari, para pemimpin diharapkan dapat menghasilkan keputusan dan arah untuk mengimplementasikan agenda reformasi, termasuk sanksi kepada negara-negara anggota yang gagal memberikan kontribusi keuangan tahunan.
Partisipasi gender dan pemuda dalam hubungan Uni Afrika adalah komponen lain dalam reformasi.[IZ]