PALU (Panjimas.com) – Gempa dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah, menyebabkan bangunan masjid rusak dan memerlukan perbaikan dengan dana yang cukup besar. Namun, umat Islam di Kota Palu, Sulawesi Tengah, mulai bangkit dari rasa trauma. Shalat berjamaah di masjid pun kembali digiatkan.
Tidak bisa dimungkiri, bencana gempa bumi, tsunami, dan likuefaksi membuat sebagian warga trauma. Bencana itu menimbulkan ribuan korban jiwa dan kerusakan bangunan. Sarana ibadah seperti masjid pun banyak yang rusak. Salah satunya Masjid Baiturrahman yang berlokasi di Palu Grandmall, Kota Palu, yang dekat dengan pantai.
Saat bencana terjadi pada 28 September 2018, kubah masjid tersebut yang berwarna hijau roboh dan menimpa sejumlah jamaah yang akan melaksanakan shalat Maghrib. Akibatnya, banyak jamaah masjid meninggal dunia. Kondisi tersebut menyebabkan trauma bagi sebagian warga. Hal ini juga dirasakan oleh umat Islam yang ingin beribadah ke masjid untuk shalat berjamaah.
Pengurus Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid Baiturrahman H Hasman, Selasa (13/11) pagi mengatakan, sebelum terjadi gempa, masjid tersebut sering kali dipadati jamaah. Mereka berasal dari warga sekitar maupun pengunjung pusat perbelanjaan atau pengguna jalan yang melintas.
Hasman mengatakan, bencana gempa bumi memang memberikan dampak besar pada masjid karena sebagian besar bangunan rusak. Namun, warga berinisiatif secara swadaya membangun atap sementara di lokasi masjid yang rusak.
“Kini aktivitas shalat berjamaah pun kembali dipadati jamaah. Bahkan, kata dia, sudah dua kali warga bisa menggelar shalat Jumat di masjid tersebut,” kata Hasman di sela-sela kunjungan pimpinan Yayasan Askar Kauny Ustaz Bobby Herwibowo ke Palu dalam kegiatan peduli Palu, Sigi, dan Donggala.
Sementara itu Imam Masjid Baiturrahman Kota Palu M Dedi Asy’ari mengatakan, dalam kondisi darurat seperti saat ini, masjid masih bisa digunakan untuk beribadah. Ia sering kali mengajak warga untuk kembali melakukan shalat berjamaah di masjid. Ajakan ini pun mulai direspons warga dengan banyaknya jamaah untuk menjalankan ibadah di masjid.
Upaya memakmurkan masjid dilakukan Masjid Darun Naim di Petobo, Kota Palu. Lokasi masjid tidak terlalu jauh dari bencana likuefaksi yang menyebabkan banyak korban jiwa. “Kami merasa bersyukur karena masjid masih berdiri kokoh dan tidak terdampak bencana,” ujar Sirojudin, salah seorang takmir Masjid Darun Naim Petobo. Padahal, sekitar lokasi masjid, termasuk pagar masjid, ikut roboh karena gempa.
Meski begitu, kaca tipis yang berada di dalam masjid tetap berada di posisinya. Ia mengatakan, pada saat terjadi likuefaksi, ada suara gemuruh dan teriakan warga meminta tolong. Selain itu, ada warga yang berlari ke arah masjid yang kemudian diberikan air minum.
Dilansir republika.co.id, Ketua Yayasan Askar Kauny Bobby Herwibowo mengatakan, bencana yang terjadi di Palu dan daerah sekitarnya memberikan hikmah tersendiri bagi manusia. “Kita agar selalu menjalankan ibadah sesuai ajaran agama dan menjauhi segala larangannya,” kata dia. (des)