SOLO, (Panjimas.com) – Forum Mahasiswa Muslim Pascasarjana (Fommpas) Universitas Sebelas Maret menggelar diskusi yang mengambil tema “Bagaimana Dakwah Melalu Pendekatan Edukatif?”, Sabtu, (10/11). Di Gedung Pasca Sarjana UNS.
Menariknya dalam diskusi tersebut menghadirkan tiga pembicara yang memiliki latar belakang (profesi) yang berbeda-beda. Mereka itu adalah Ranu Muda, Redaktur Panjimas.com kemudian Prof Furqon Hidayatullah selaku akademisi dan juga Direktur Pasca Sarjana UNS dan terakhir adalah Muhammad Syukri seorang dokter muda dan penulis buku.
Sesuai latar belakangnya Ranu Muda berpendapat bahwa media lah yang memiliki andil cukup besar dalam mempengaruhi masifnya Islamophobia baik di Negara barat ataupun di Indonesia sendiri.
Dalam penelusurannya di tahun 2016-2017 sekitar 200 masjid menjadi target kejahatan kebencian di Eropa. Selain itu sebagaian besar korban dari Islamophobia itu adalah wanita.
Ranu Muda menambahkan, bahwa belum pedulinya sebagian umat Islam akan pentingnya media menjadikan sampai saat ini media Islam kurang berkembang.
“Media Islam saat ini dipandang sebagai media pinggiran, belum memiliki kekuatan untuk menjadi penyeimbang tatkala Islam disudutkan. Apalagi untuk mempengaruhi kebijakan penguasa.” Ujarnya, Sabtu, (10/11).
Untuk itulah sangat diperlukan upaya agar media Islam berkembang menjadi besar baik melalui dukungan sumber dana dan juga SDM nya.
Sementara itu Prof Furqon lebih menitikberatkan bahwa dakwah edukatif adalah dakwah yang dilakukan melalui pendekatan menarik dan simpatik. Dalam diskusi tersebut disampaikan empat hal.
Pertama, dakwah harus disertai pembawaan yang manarik. Kedua, sebaik apapun tujuan, jika disampaikan dengan cara-cara yang kurang atau tidak menarik maka dapat menyebabkan hasil yang kurang maksimal. Hal ini sesuai yang dikatakan oleh Ali bin Abi Thalib, “Kebenaran yang tak terorganisasi akan dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisasi.
Ketiga, seharusnya guru/dai mengindari labeling pada umat dan yang terkahir adalah memaksimalkan reward dan miminimalkan atau meniadakan punishment dalam berdakwah.
Jika konsep dakwah in terus dilakukan maka Islamophobia lambat laun akan terkikis dan hilang dengan sendirinya. Karena semua fitnah akan dibuktikan dengan cara dakwah yang santun.
Sedangkan Muhammad Syukri yang menjadi pembicara terkhir mengatakan bahwa phobia (ketakutan berlebihan) merupakan sikap yang harus disembuhkan seperti juga dengan phobia terhadap ketinggian, kegelapan ataupun jarum suntik.
Ia juga menambahkan, munculnya Islamophobia sebagai upaya untuk memadamkan cayaha Islam. Musuh-musuh Islam berupaya melakukan segala upaya agar Islam tidak berkembang diantara nya adalah dengan adanya konsep 4 F (Food, Fun, Fashion, Film).
Melakukan amar maruf nahi mungkar adalah solusi terbaik dalam mengentikan Islamophobia namun dengan catatan harus dilakukan sesuai dengan kemampuan.
Meski demikian diakhir acara ketiga pembicara sepakat bahwa gerakan cinta membaca dan menulis merupakan langkah efektif yang mampu menghentikan Islamophobia.
“Teman-teman yang di sini yang memiliki akun medsos dengan ribuan followers manfaatkan kesempatan tersebut untuk menyampakan bahwa Islam tidak sesuai dengan yang dituduhkan. Islam adalah agama cinta damai rahmat alam semesta.” Ujar Muhammad Syukri. [RN]