SOLO, (Panjimas.com) —- Menanggapi ditetapkannya Kasman Singodimejo menjadi Pahlawan Nasional pada 10 November 2018, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dr. Haedar Nashir menegaskan bahwa beliau sudah selayaknya dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional
“Pak Kasman sudah selayaknya. Dia Ketua KNIP, dia menjadi bagian dari Sumpah Pemuda, dia juga merupakan tokoh pejuang bangsa,” pungkas Haedar Nashir saat ditemui panjimas usai Pembukaan Rembug Nasional Forum Guru Muhammadiyah di Auditorium Muh. Djazman, Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Jum’at (09/11/2018) sore.
Menurut Haedar, Kasman Singodimejo berjasa dalam mencari titik temu pandangan para tokoh Islam dan tokoh nasionalis, sehingga lahirlah konstitusi negara Indonesia ini.
“Beliau mencari titik temu, titik kompromi lewat tokoh Islam dan tokoh nasional ketika kita harus mencari kompromi pada 18 Agustus 1945. Dan lahirlah konstitusi dasar negara”, jelasnya.
“Pak Kasman lebih dari layak untuk menjadi Pahlawan Nasional. Dan Insyallah menyusul Pak Kahar Mudzakkir”, ujar Haedar.
Pada 1925, Kasman Singodimejo menjadi tokoh penggerak di Jong Islamieten Bond (JIB), perkumpulan pemuda Islam yang menjadi cikal organisasi pergerakan. Menjelang kemerdekaan, Kasman pun ditugaskan sebagai anggota tambahan di Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang merumuskan konsep dan dasar negara Indonesia.
Selain itu peran penting Kasman lainnya adalah saatb menjadi Komandan Pembela Tanah Air (PETA) Jakarta, dan ketika proses pengesahan Undang-Undang Dasar 1945, dalam rapat PPKI 18 Agustus 1945. Kasman menjadi jembatan di antara yang berbeda pandangan. Sampai akhirnya, semua sepakat untuk menghilangkan tujuh kata dalam Piagam Jakarta, demi kepentingan persatuan Indonesia.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menyatakan bahwa para pahlawan sejatinya tidak menghendaki dirinya dinobatkan sebagai pahlawan. Mereka berjuang bukan untuk diri pribadi dan apalagi sekadar mencari apresiasi. Namun, sudah selayaknya bangsa ini menghargai para pahlawan yang sudah berjasa besar untuk negeri tercinta.
“Sudah selayaknya negara memberikan penghargaan kepada tokoh-tokoh yang punya peran. Salah satunya yakni Mr. Kasman Singodimedjo,” tutur Haedar Nashir di sela-sela kegiatan Rakornas Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah bidang Kemahasiswaan pada Kamis, 8 November 2018, di Grand Quality Hotel Yogyakarta, dikutip dari Suara Muhammadiyah.
Haedar mengajak seluruh warga bangsa, untuk dapat menjadikan hari pahlawan sebagai refleksi bersama dalam rangka mewujudkan Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur, sebagaimana yang dicita-citakan oleh para pendiri bangsa.
“Mari kita refleksikan hari Pahlawan ini dengan berbuat melalui karya yang berkualitas dan berkemajuan,” ujarnya.
Meneladani Kasman Singodimedjo, Haedar mengajak segenap elemen bangsa untuk menjadikan hari pahlawan sebagai momentum membangun kebersamaan di tubuh bangsa yang majemuk ini. Sejarah mencatat, Indonesia merdeka dan keluar dari penjajahan oleh sebab semangat persatuan dan kebersamaan.
“Kita boleh beda dalam politik, agama, budaya. Namun, kebersamaan untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju, modern, dan unggul, itu menjadi penting,” tutur Haedar. Pesan ini sangat perlu diresapi bersama di tahun-tahun politik seperti sekarang ini. Kepentingan bangsa dan negara jangka panjang, tidak boleh dikorbankan oleh kepentingan sempit.
Makna Hari Pahlawan, Haedar: Stop Slogan Cinta NKRI Tanpa Bukti
Dalam rangka memaknai Hari Pahlawan, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dr. Haedar Nashir mengimbau kepada seluruh elemen bangsa agar hendaknya momentum Hari Pahlawan tidak hanya sekedar dijadikan seremonial yang dangkal. Ia mengajak mengajak masyarakat untuk benar benar memaknai Hari Pahlawan dan mengurangi slogan-slogan cinta negeri akan tetapi minim bukti pengorbanan terbaik bagi bangsa dan negara.
“Jangan terlalu banyak slogan cinta Indonesia, cinta NKRI, dan cinta negeri tetapi tidak bisa membuktikan berbuat yang terbaik dan berani berkorban yang terbaik untuk bangsa dan negara”, pungkas Haedar Nashir usai Pembukaan Rembug Nasional Forum Guru Muhammadiyah di Auditorium Muh. Djazman, Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Jum’at (09/11/2018) Sore.
“Hari pahlawan jangan dijadikan seremonial yang dangkal, yang sebatas orang membicarakan perjuangan dan kiprah para pendiri bangsa,” pungkasnya.
Haedar Nahsir menekankan, setiap elit dan warga negara Indonesia hendaknya mampu membuktikan diri dalam meneladani spirit, pemikiran dan kiprah para pahlawan. Para pahlawan telah berkhidmat, berkorban sepenuh hati demi kepentingan bangsa dan negara. Bahkan meletakkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi dan golongan.
Menurut Haedar, ironisnya saat ini ada erosi nilai kepahlawanan. Bahkan bertolakbelakang dengan slogan-slogan cinta tanah air dan cinta NKRI yang diucapkan. Slogan-slogan yang diucapkan terasa kosong tanpa bukti tindakan terbaik bagi bangsa dan negara.
“Sekarang ini jujur ada erosi nilai kepahlawanan. Ketika elit cenderung mementingkan pribadinya dan golongannya, lalu tidak mau berkorban di saat kritis yang memerlukan pengkhidmatanan dirinya,” paparnya.
“Kalau betul-betul meneladani dan meniru nilai pahlawan, dia harus berani mengorbankan kepentingan diri dan golongannya tapi untuk kemajuan dan kepentingan negara,” tandasnya.[IZ]