TUNIS, (Panjimas.com) — Utusan PBB untuk Libya, Ghassan Salame Rabu (07/11) lalu mendesak rakyat Libya untuk bekerjasama dalam menyatukan lembaga-lembaga negara yang bermasalah, dikutip dari Anadolu.
Hal ini disampaikannya di sela-sela pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Tunisia Khamis al-Jehinawi di Tunis. Ghassan Salame mengatakan warga Libya sendiri harus membantu memutuskan nasib politik negaranya.
Salame membuat pernyataan ini selang satu hari sebelum dirinya dijadwalkan untuk menyerahkan laporan kepada Dewan Keamanan PBB mengenai hasil upaya badan dunia baru-baru ini untuk menyelesaikan krisis selama bertahun-tahun di Libya.
Pada bulan September, Misi Dukungan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Libya mengumumkan bahwa berbagai pihak dalam krisis Libya telah menyetujui rencana yang menyerukan penarikan semua kelompok bersenjata dari ibukota Tripoli.
Pada 12 dan 13 November, kota Palermo di Italia akan menjadi tuan rumah konferensi internasional tentang Libya yang dihadiri oleh kelompok-kelompok faksi politik Libya yang berbasis di dalam dan luar negeri.
Setelah pertemuan mereka pada hari Rabu (07/11), Ghassan Salame dan Khamis al-Jehinawi keduanya menyuarakan harapan bahwa KTT Palermo akan menjadi langkah menuju menemukan solusi damai untuk krisis yang sedang berlangsung di negara itu.
Libya dilanda gejolak sosial-politik-militer sejak tahun 2011, saat sebuah pemberontakan berdarah berakhir dengan penggulingan dan pembunuhan pemimpin karismatik Muammar Gaddafi.
Setelah penggulingan Gaddafi, perpecahan politik di Libya menghasilkan 3 kekuatan rival dalam pemerintahan – yang salah satunya berbasis di kota Tobruk, Libya Timur – dan sejumlah kelompok milisi-milisi yang saling bersaing.
Negara kaya minyak di Afrika Utara itu kini tetap bergolak, dengan perpecahan politik negara tersebut yang menghasilkan setidaknya tiga kursi pemerintahan yang berbeda dan sejumlah kelompok milisi-milisi yang saling bersaing, termasuk satu di Tobruk dan satu lagi di Tripoli, serta sejumlah besar kelompok milisi bersenjata.[IZ]