AMMAN, (Panjimas.com) — Pemerintah AS “menargetkan” rakyat Palestina, demikian pernyataan Saeb Erekat, Sekretaris Jenderal Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Rabu (07/11).
“Presiden AS Donald Trump menargetkan rakyat Palestina, menuduh mereka ‘membuat masalah’ karena kami menolak keputusannya mengenai Yerusalem,” pungkas Erekat dalam pidato yang disampaikannya di Universitas Yordania, Amman.
Tahun lalu, Trump memicu kecaman dunia internasional setelah mengumumkan rencana memindahkan kedutaan Israel ke Yerusalem dan mengakui kota itu sebagai ibu kota Israel.
“Presiden AS mengatakan kepada kami bahwa dia tidak akan membuat keputusan apa pun tentang Yerusalem, tetapi apa yang terjadi hanya menegaskan bahwa dia mengambil langkah melawan kami,” tandas Erekat.
Sekjen PLO itu menambahkan: “Seluruh dunia menyebut Yerusalem sebagai ‘garis merah’. Atas alasan apa pemerintahan [Trump] mendasarkan keputusannya?”
Sejak Deklarasi Yerusalem kontroversial Trump, kepemimpinan Palestina di Ramallah menolak peran mediasi apa pun oleh AS dalam proses perdamaian Timur Tengah.
Yerusalem kini tetap menjadi jantung dari konflik Timur Tengah abadi, dengan Palestina berharap bahwa Yerusalem Timur – yang diduduki oleh Israel sejak 1967 – akan menjadi ibukota negara Palestina merdeka.[IZ]