JAKARTA (Panjimas.com) — Menyampaikan pesan dakwah tak hanya di atas mimbar, para da’i dapat menggunakan media sosial agar pesan dapat diterima masyarakat luas. Kemudahan akses teknologi dapat menjadi peluang untuk menyampaikan nilai dakwah secara masif dan tanpa batas (borderless).
Menurut data Nielsen Company, 78% masyarakat Indonesia menggunakan smartphone. Sedangkan 47% adalah pengguna aktif internet yang didominasi oleh generasi millenial.
Ketua Komisi Dakwah MUI Ustaz Cholil Nafis, mengatakan angka tersebut merupakan kesempatan para juru dakwah (da’i) untuk turut menyampaikan pesan dakwah melalui media sosial. Salah satu metode menyampaikan dakwah, menurutnya adalah dengan menyesuaikan mad’u (objek dakwah).
“Pola ini yang harus kita sasar kepada mereka untuk memberikan informasi terbaik. Kita melakukan pola berdakwah cara mereka dengan senang, dakwah di mall, bersepeda, dan sebagainya,” ujar Ustaz Cholil kepada wartawan di Halaqah Nasional MUI, Jakarta, Rabu (7/11).
Meski terlihat tak formal, ia optimis pesan-pesan dakwah lebih mudah diterima generasi millenial yang serba menginginkan instan. Maka itu, para da’i harus kreatif dalam menciptakan inovasi dakwah melalui media sosial seperti menjadi selegram video berdurasi pendek.
“Para da’i nantinya akan kita bekali pelatihan seperti public speaking, teknik aplikasi video editing dan kemampuan menarasikan gagasan dalam bentuk tulisan. Sehingga, kalau dulu mereka (mad’u) menunggu Ustaznya berjam-jam, dengan aplikasi yang ada, dakwah lebih mudah disampaikan kepada masyarakat,” katanya.
Mengenai tantangan dakwah seperti pendangkalan aqidah yang rentan menyasar generasi millenial, Ustaz Cholil menuturkan kerja-kerja dakwah untuk langsung menyasar ke mad’u tidak hanya dilakukan MUI, tapi juga harus bekerjasama dengan Ormas/lembaga yang konsen di dakwah.
“Sehingga, dengan workshop seperti ini diharapkan dapat mengisi ruang sosial masyarakat dengan konten baik. Seperti lagu nikah beda agama, kita tidak bisa marah, tapi harus ditandingi dengan lagu bahwa agama harus melampaui segalanya, termasuk cinta kepada manusia,” ujarnya.
Dalam kesempatan sama, pakar digital Universitas Padjajaran Rulli Nasrullah mengatakan pentingnya literasi digital bagi generasi millenial. Menurut dia, da’i harus mampu menyesuaikan peluang digital di era industri 4.0.
“Seperti Ustad Abdul Somad dan Ustad Hanan Attaki. Selain offline, (tim digital) mereka juga mampu menayangkan dakwah yang ditonton ribuan bahkan jutaan pengguna media sosial. Nah, peluang ini harus dimanfaatkan dengan baik oleh para da’i,” ujar dia.
Inovasi dengan Medsos
Komisi Da’wah Majelis Ulama Indonesia mengundang para ulama, da’i, ormas Islam dalam Halaqah Nasional ”Tantangan dan Peluang Dakwah Dalam Era Milenial”. Tujuan diadakan acara tersebut menurut Kyai Cholil Nafis Ketua Komisi Da’wah MUI agar ulama dan da’i berinovasi dakwahnya ke era milenial.
“Berdasarkan data Nielsen Company, pengguna smartphone di Indonesia mencapai 78%. Sedangkan pengguna internet mencapai 47%. Oleh karena itu, para ulama. da’i dan ormas Islam harus berinovasi dalam berdakwah,”katanya di Hotel Acasia, Rabu (07/11/2018).
Apalagi Generasi Z yang kita sekarang mereka tipe yang tidak mau membuang banyak waktu dan bebas mendapatkan ilmu. “Mereka rata-rata jarang datang ke tempat majelis ilmu, tidak banyak menonton televisi, tapi lebih banyak menghabiskan di media sosial,”katanya.
Pola ini berbeda dengan di zaman dahulu yang bisa menunggu seorang ustaz untuk mencari ilmu. “Ini harus kita sasar untuk berdakwah, karena cara yang tepat adalah menyesuaikan dengan sasaran dakwah,”katanya.
Apakah, kata Kyai Cholil, dengan membuat mereka senang, berdakwah di mal, sambil bersepeda. “Itulah tujuan dari acara ini dilakukan. Seperti yang dikatakan Nielsen. Dari data-data, kita bisa melihat Generasi Z dan Milenial cenderung menggunakan media sosial,”kata Dosen Pascasarjana Universitas Indonesia ini.
Meski mereka banyak menggunakan media sosial, kata Kyai Cholil, ada juga nilai-nilai positif dari Generasi Z dan Milienial. “Mereka mempunyai kesadaran lifestyle yang bagus, memegang nilai-nilai Islam dengan teguh. Seperti berhijab, memegang prinsip, menurut saya ada positifnya tentang mereka,”tambahnya.
Sehingga diharapkan dari acara ini para Da’i, kata Kyai, Cholil, dapat menyesuaikan dengan generasi yang baru. “Mengisinya dengan menjadi selegram, membuat video-video pendek,”pungkasnya. (des/zud/ham)