JAKARTA (Panjimas.com) — Sepulang dari Kabupaten Jawa Tengah dan Jawa Timur, Calon Presiden (Capres) Nomor urut dua, Prabowo Subianto, melihat langsung kondisi masyarakat di pelosok daerah berada dalam kondisi ekonomi yang sangat mengkhawatirkan. Dengan harapan dan kepercayaan kepada Prabowo-Sandi, masyarakat di daerah memberikan simbol dua jari (nomor urut 02) agar kedua Paslon tersebut menjadi Presiden RI 2019-2024.
“Saya merasa mendapatkan dukungan besar. Saya tegaskan, saya maju bersama Sandiaga bukan haus kekuasaan, ambisi dan haus jabatan. Allah telah banyak memberikan kenikmatan kepada diri saya. Sebagai prajurit muda, saya berdoa agar Allah menjaga bangsa Indonesia,” ujar Prabowo.
“Kalau harta hanya untuk kekuasaan, saya kira itu juga tidak berarti dalam kehidupan. Karena kita tahu. semua agama dan semua pemuka agama yakin, setiap manusia akan dipanggil. Di saat muda, saya sering merasakan dekat dengan kematian,” sambungnya.
Dalam kunjungannya ke berbagai daerah, Prabowo menuturkan bahwa keadaan Indonesia sedang tidak sehat. Maka itu, ia menyampaikan agar rakyat menjalankan kewajiban masing-masing dengan penuh kecintaan, ketulusan dan tidak tergopoh-gopoh.
“Saya lihat dimana-mana, rakyat paling bawah sudah mengerti bahwa keadaan sekarang sangat sulit. Ekonomi sebagai salah satu tonggak kehidupan tidak dikuasai oleh bangsa sendiri. Ekonomi kita hanya menguntungkan segelintir orang saja,” jelasnya.
Ia menuturkan ketika ke Semarang Jawa Tengah, ada sebuah Rumah Sakit yang mengeluhkan kepada dirinya bahwa pemerintah menunggak puluhan miliar. Termasuk di Kebumen dan Klaten, para petani sangat kesusahan. Ditambah impor dari Thailand dan Vietnam dengan harga yang sangat murah.
“Pak Prabowo, selama 30 tahun belum pernah keadaan seperti sekarang,” tutur Prabowo menirukan keluhan pimpinan RS tersebut.
“Jadi, mereka sangat sedih. Negara kita dalam keadaan sakit, bangsa kita tidak punya harga diri dan martabat lagi. Setiap lapisan (birokrasi) hampir bisa dibeli dan disogok. Bagaimana mau dua periode kalau Rumah Sakit saja nunggak puluhan miliar,” imbuhnya.
Mantan Danjen Kopassus itu menegaskan bahwa dirinya dengan Sandiaga hanyalah alat. Apabila didukung secara luas oleh seluruh lapisan yang cinta bangsa Indonesia, ia akan berjuang untuk mewujudkan kedaulatan ekonomi dan kedaulatan politik.
“Saya sudah mempertahankan nyawa saya untuk NKRI. Jangan hanya teriak-teriak sambil tepuk dada saya paling Pancasilais, tapi lakukan lima butir silanya,” tegas Prabowo seraya menyebutkan kelima nilai Pancasila.
Ia mengatakan, jika bangsa Indonesia ingin selamat, maka segera lakukan perubahan. Sebagai alat rakyat, ia mengerti bahwa tugasnya adalah menjalankan amanat dengan sebaik-baiknya.
“Tugas kami menghilangkan kemiskinan dari bangsa Indonesia dan menegakkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Tugas kedua ini sangat berat. Saya bersaksi disini, saya akan membuat Indonesia berdiri di atas kaki sendiri. Kita tidak perlu import apa-apa. Kita mampu swasembada pangan, energi, bahan bakar. Kita tidak perlu mengirim 30 miliar dolar tiap tahun hanya untuk membayar energi,” katanya.
Oleh karenanya, ia meyakinkan siapa saja rakyat Indonesia yang menginginkan perubahan, maka dia berada di jalan yang benar. Prabowo menganalogikan seperti sebuah badan, ketika sakit ada yang datang ke dokter dan berusaha memperbaiki. Namun, ada juga pasien yang setelah di diagnosa, justru memarahi dokter dan ingin merubah hasil uji laboratorium.
“Saya sudah mengingatkan belasan tahun lalu. Rasio gini, stunting dan ekonomi kita sudah warning (tanda). Bangsa yang kekayaannya mengalir ke luar negeri bukan bangsa yang merdeka. Pekerjaan kita berat. Kalau kami menerima amanah, saya yakin tidak semuanya akan selesai. Tapi saya janji kita akan swasembada pangan, energi dan air,” ungkap Paslon nomor 02 tersebut.
Ia juga menyatakan, ketika nanti terpilih menjadi Presiden akan menegakkan keadilan rakyat Indonesia di seluruh lapisan dan berusaha menghilangkan korupsi di Indonesia. “Karena korupsi adalah penyakit kanker. Ribuan triliun dana kita ada di luar negeri,” katanya.
Mantan Pangkostrad itu mengingatkan rakyat Indonesia sedang menghadapi kekuatan besar dari luar negeri. Mereka tidak ingin Indonesia mandiri, berdikari dan merdeka.
“Saya tidak mengajak anti asing dan aseng. Ini merupakan siklus sejarah, siapa yang kuat dia akan selalu menindas yang lemah. Elit kita tidak tahu dimana. Badannya mungkin di Indonesia, tapi nggak tahu raganya dimana,” kata Prabowo.
“Tapi jangan menyalahkan orang lain. Tugas kita adalah menjaga, mengantisipasi dan menanggulangi setiap ancaman dan bahaya,” imbuhnya. (des)