ISTANBUL, (Panjimas.com) — Turki, Rusia, Prancis, dan Jerman baru-baru ini menyerukan gencatan senjata abadi mengacu pada perang sipil di Idlib, Suriah. Seruan gencatan senjata ini merupakan buah dari KTT Suriah yang diselenggarakan di Istanbul, Turki, Sabtu (27/10) lalu.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, bersama dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Prancis Emmanuel Macron, dan Kanselir Jerman Angela Merkel berupaya menemukan solusi jangka panjang terkait konflik Suriah.
Emmanuel Macron mendesak Rusia, yang mendukung pemerintahan Bashar al-Assad, untuk melakukan tekanan terhadap Damaskus untuk mendorong gencatan senjata berkelanjutan dan abadi di Idlib.
Bulan lalu, Turki yang mendukung kubu oposisi, bersepakat dengan Rusia untuk membuat zona penyangga di sekitar Idlib. Rencana itu dibuat di tengah kekhawatiran akan terjadinya serangan yang berpotensi menyebabkan bencana kemanusiaan di Idlib.
Eskalasi konflik terus terjadi di Idlib sejak saat itu. Pada Jumat (26/10), tujuh warga sipil tewas akibat serangan artileri rezim Assad. Ini merupakan jumlah kematian tertinggi sejak gencatan senjata dilakukan.
Turki, Rusia, Prancis, dan Jerman dalam pernyataan bersamanya menyerukan pembentukan komite untuk menyusun konstitusi baru di Suriah. Komite tersebut diharapkan dapat terbentuk sebelum akhir tahun untuk membuka jalan bagi pemilihan umum yang bebas dan adil di negara itu, dilansir dari The Guardian.
“Harus dipastikan agar organisasi kemanusiaan mendapat akses masuk ke seluruh wilayah Suriah dengan cepat, aman, dan tanpa hambatan, serta bantuan kemanusiaan dapat segera menjangkau semua orang yang membutuhkan,” tulis pernyataan tersebut.
Pernyataan itu juga menyebutkan bhawa Suriah harus menciptakan kondisi yang aman di seluruh negeri agar para pengungsi bisa kembali secara aman dan sukarela.[IZ]