RAMALLAH, (Panjimas.com) — Dewan Sentral Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), menyatakan akan membekukan pengakuannya untuk Israel, sampai Israel mengakui Negara Palestina dengan dasar perbatasan pra-1967 dengan Jerusalem Timur sebagai ibu kotanya, Senin (29/10) malam.
Usai menggelar pertemuan selama dua hari di Ramallah, Tepi Barat, Dewan Sentral PLO itu menyatakan Pihaknya dan Pemerintah Otonomi Palestina akan mengakhiri kerja sama keamanan dan membekukan kesepakatan ekonomi sebagaimana ditetapkan berdasarkan Protokol Ekonomi Paris 1994, dilansir dari kantor berita Palestina, WAFA.
Dewan Sentral PLO pun juga memutuskan untuk mencabut keabsahan Kesepakatan Oslo, jelasnya.
Dewan Sentral PLO menyatakan keputusan itu diambil “karena berlanjutnya penyangkalan Israel atas semua kesepakatan yang telah ditandatangani, dikutip dari Anadolu, Selasa (30/10).
Keputusan PLO tersebut harus disetujui oleh Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan Dewan Eksekutif PLO.
Militer Israel, Ahad (28/10) membunuh seorang pria Palestina di pantai bagian utara Jalur Gaza, di tengah aksi demonstrasi yang berlangsung guna menentang blokade darat, laut dan udara Israel.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan Palestina, Ashraf Al-Qidra mengatakan di dalam satu pernyataan tertulis bahwa Mohammad Abu-Iabdah (27) ditembak hingga tewas oleh militer Israel selama demonstrasi pada Ahad.
Komite Nasional Jalur Gaza bagi Penerobosan Pengepungan melancarkan kegiatan dari pantai bagian utara Jalur Gaza, tak jauh dari zona penyangga Jalur Gaza-Israel –yang dijaga ketat.
Itu adalah yang ke-13 tahun ini pegiat di Jalur Gaza menyelenggarakan kegiatan tersebut. Dalam kegiatan itu, beberapa perahu secara perlahan mendekati perbatasan laut sebelum dengan cepat mundur karena menghadapi tembakan gencar senapan mesin militer Israel.
Israel pertama kali memberlakukan blokade atas daerah kantong pantai Palestina tersebut pada 2006, setelah Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), yang mendukung perlawanan bersenjata melawan pendudukan beberapa dasawarsa Israel, menang dalam pemilihan anggota Dewan Legislatif.
Tahun berikutnya, Israel meningkatkan blokade, setelah Hamas merebut seluruh wilayah Jalur Gaza –yang masih dikuasainya hari ini– dari faksi Palestina pesaingnya, Fatah.
Blokade tersebut melumpuhkan ekonomi wilayah Jalur Gaza, dan membuat lebih dari juta warganya kesulitan mendapatkan berbagai akses terhadap barang kebutuhan dasar.[IZ]