SOLO, (Panjimas.com) — Ketua Majelis Silaturahmi Ulama dan Tokoh Umat Islam Surakarta, KH. Mohammad Halim mengatakan para ulama, tokoh umat Islam, laskar, pagar nusa, dan banser sepakat untuk menjaga kondusifitas dan memperkokoh ukhuwah Islamiyyah saat menandantangani pernyataan bersama menanggapi kasus pembakaran bendera tauhid di Garut. Hal ini disampaikannya usai menggelar jumpa pers di kantor Masjid Agung Surakarta, Jumat (26/10) siang.
“Kita sepakat menjaga kondusifitas surakarta, dengan menjalin ukhuwah islamiyah”, pungkasnya.
Ia menekankan bahwa seluruh umat Islam bersaudara dan wajib tolong menolong dalam ketaqwaan dan kebaikan.
“bahwa seluruh elemen umat Islam ini bersaudara, kita semuanya muslim, kita bersaudara, kita saling tolong menolong, dalam rangka untuk mewujudkan ketaqwaan dan kebaikan dengan kita memperkokoh ukhuwah islamiyah”, ujarnya.
“Permasalahan-permasalahan ini kita bahas bersama, jadi kita tidak saling menyalahkan, menuduh, kita serahkan ke pihak yang berwajib, untuk menjaga kondusifitas solo”, tuturnya.
Menanggapi kasus pembakaran bendera tauhid Ia mengatakan “yang membakar dan menyusup semuanya tak bisa dibenarkan.”
“Elemen-elemen umat Islam ini jumlahnya sekitar lima puluh elemen,” tukasnya.
Tampak hadir mendampingi KH. Mohammad Halim dalam jumpa pers di kantor Masjid Agung Surakarta, yakni Tafsir Anom Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) KH. Muh. Muhtarom, Ketua DDII Jawa Tengah Ustadz Aris Munandar, Perwakilan PDM Muhammadiyah Ustadz Wahid Ismanto, Ketua Majelis Cendekia Keraton Nusantara (MCKN) KH Ahmad Qomaruzzaman, Ketua Pagar Nusa Surakarta Burhan, Ketua Majelis Hidayah Buya Soni, Ketua Laskar Umat Islam Surakarta Edi Lukito, Ketua El Musa Ustadz Warsono Nurhadi, dan berbagai tokoh lainnya.
Doa bersama dan Pernyataan Sikap
ajelis Silaturahmi Ulama dan Tokoh Islam Surakarta, Jumat (26/10) siang menggelar doa bersama dan pernyataan sikap di Masjid Agung Surakarta, menanggapi insiden pembakaran bendera berkalimat tauhid di Garut.
KH. Mohammad Halim bin Naharussurur memimpin jalannya doa bersama dan pernyataan sikap yang digelar usai sholat jumat di serambi Masjid Agung Surakarta, Jumat (26/10). Selain itu, perwakilan Pagar Nusa dan Banser Solo juga hadir serta berbagai tokoh dan ulama serta perwakilan laskar dan elemen muslim Surakarta.
“Hinakan dan hinakan mereka yang menginginkan kemungkaran bagi Islam untuk Umat Islam, dan jangan engkau jadikan kami termasuk bagian di dalamnya Ya Allah”, kata KH. Mohammad Halim dalam doanya.
“Cukup bagi kami Engkau saja Ya Allah, untuk menyeleseikan mereka-mereka, yang membuat kerusakan dan berusaha membuat tipu daya keburukan bagi umat Islam. Ya Allah, kami serahkan urusan kami kepadaMU ya Allah. Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir”, ujar KH. Mohammad Halim.
Berikut Pernyataan Bersama Ulama, Tokoh Ummat, dan Elemen Muslim Surakarta:
Berkaitan dengan pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid, maka kami menyampaikan sikap bersama:
- Bahwa, membawa bendera yang diduga bendera HTI pada Hari Santri Nasional di Garut adalah perbuatan yang tidak dibenarkan.
- Bahwa membakar bendera yang bertuliskan kalimat tauhid adalah perbuatan yang tidak dibenarkan.
- Bahwa SOP dalam menangani orang yang membawa bendera yang diduga bendera HTI seharusnya menangkap pelakunya dan mengamankan benderanya serta menyerahkan kepada pihak berwajib.
- Bahwa seluruh elemen umat Islam adalah saudara, maka kita wajib terus menjaga ukhuwah dan mewaspadai segala usaha adu domba.
- Menyerahkan urusan ini kepada pihak yang berwajib untuk diseleseikan secara hukum se-adil-adilnya.
Pernyataan ini disepakati dalam musyawarah bersama ulama, tokoh ummat, elemen Islam, aktifis (laskar, satgas,banser, pagar nusa) Surakarta, Kamis 25 Oktober 2018 di Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Surakarta.[IZ]