JENEWA, (Panjimas.com) — Pelapor khusus PBB bidang Hak Asasi Manusia di Palestina, Michael Lynk, mengatakan sekitar 200 rakyat Palestina, termasuk 40 diantaranya anak-anak telah dibunuh oleh pasukan keamanan Israel selama aksi demonstrasi “Great Return of March, yang digelar setiap Jumat sejak 30 Maret lalu.
Michael Lynk pun melaporkan hal ini kepada komite Dewan PBB bahwa Gaza kini sudah tidak bisa ditinggali karena aksi blokade Israel.
Lynk menyebutkan angka pengangguran mencapai 70 persen, sistem kesehatan lumpuh dan sebagian besar air minum terkontaminasi.
”Selama lima dekade penjajahan Israel terus menerus memperlebar jejak penjajahan mereka di Tepi Barat,” pungkas Michael Lynk, dilansir dari Voice of America (VOA), Sabtu (27/10).
Lynk mengatakan kini waktunya bagi masyarakat internasional untuk mengambil langkah guna menghentikan pencaplokan lahan yang dilakukan oleh Israel di Tepi Barat.
”Larangan keras terhadap pencaplokan wilayah di hukum internasional tidak hanya berlaku dalam deklarasi formal,” kata Lynk.
”Tapi, larangan tersebut juga berlaku pada pengerukan wilayah yang dilakukan oleh Israel”, tandasnya.
Menurutnya, pencaplokan wilayah ini menjadi salah satu bagian upaya Israel untuk mempertaruhkan klaim masa depan kedaulatan resmi mereka atas wilayah Palestina.
Michael Lynk pun menyerukan pada masyarakat internasional untuk mengambil langkah nyata untuk menuntut pertanggungjawaban Israel.[IZ]