JAKARTA, (Panjiamas.com) – Gandeng para ahli makanan dan obat-obatan Saudi, Konjen RI Dr. M. Hery Saripudin, memberikan edukasi tentang kiat berbisnis dan potensi pasar Arab Saudi pada workshop yang dihadiri para pengusaha anggota Kadin dan otoritas Indonesia terkait (Jakarta, 26 Oktober 2018).
Ajakan kepada para pengusaha Indonesia untuk semakin melirik pasar Arab Saudi disampaikan oleh Konsul Jenderal RI di Jeddah ketika menjadi narasumber pada acara seminar yang diselenggarakan oleh Kementerian Perdagangan RI di Jakarta. Selain Konjen RI, juga hadir sebagai narasumber adalah Musa Suliman Al-Faifi dan Ali Al-Khalaf – dua konsultan ahli Arab Saudi di industri obat dan makanan.
Konjen RI menggarisbawahi peluang pasar Saudi bagi produk ekspor non-migas Indonesia khususnya di bidang makanan, obat-obatan dan kosmetik.
“Sejalan dengan kebijakan baru Arab Saudi yang membuka keran kebebasan wanita untuk mengendarai, mendirikan perusahaan tanpa izin suami, dll., peluang ekonomi menanti Indonesia,” tutur Konjen RI dalam seminar yang dipandu oleh Jully Paruhum Tambunan, Kepala Pusat Penanganan Isu Strategis (Kapuspitra), Kementerian Perdagangan tersebut.
Menurut Konjen Hery, salah satu peluang pasar yang terbuka menyusul kebijakan Saudi ini ada di industri otomotif karena permintaan pasar bertambah setelah wanita diizinkan mengendarai mobil.
Selain itu, Konjen RI juga optimis bahwa dunia busana dan kosmetik Arab Saudi akan berkembang berpacu dengan moderatisme kebijakan Kerajaan Arab Saudi yang membolehkan kaum hawa menambah aksesoris dan multi-warna pada abaya mereka di depan umum. Abaya yang merupakan kain/pakaian luar penutup aurat perempuan sebelumnya hanya diperbolehkan berwarna hitam.
Lebih lanjut, Konjen Hery juga yakin bahwa seirama dengan perubahan yang ada, bidang kepemudaan dan hiburan akan memberikan peluang bagi industri kreatif Indonesia untuk bermain di pasar Arab Saudi.
Dalam seminar tersebut, Konjen mencontohkan Kimia Farma menjadi perusahaan Indonesia pertama yang berinvestasi di bidang obat-obatan di Saudi. “Dengan 34 gerai apotik yang ada di tiga kota Saudi, Kimia Farma menjadi yang pertama dari Indonesia melirik peluang yang ada,” terangnya.
Konjen juga menyoroti peluang hadirnya 1,4 juta Jemaah umrah dan haji asal Indonesia setiap tahun. Mereka merupakan konsumen loyal produk-produk Indonesia di Arab Saudi.
“Angka ini belum ditambah warga Indonesia lainnya yang menetap dan bekerja di Saudi sejumlah + 350 ribu orang lebih,” jelas Konjen RI yang bulan ini genap bertugas dua tahun di Jeddah.
Konjen juga menjelaskan bahwa pihaknya serius memanfaatkan peluang dari ritual tahunan haji dan umrah ini bagi peningkatan ekspor Indonesia. “Salah satunya, Pemerintah Indonesia mulai tahun 2018 mencantumkan kewajiban peserta tender penyedia catering haji untuk menggunakan bahan baku produk Indonesia,” imbuh Konjen Hery.
Sementara itu, dua narasumber dari Arab Saudi yang hadir dalam seminar ini menerangkan tentang teknis dan prosedur impor Arab Saudi.
Mr. Musa menjelaskan pentingnya proses registrasi barang makanan impor, memahami peran lembaga Saudi yang berwenang, dan masa waktu proses izin serta registrasi setelah produk tiba dan persyaratan lainnya di Saudi.
Musa juga mengungkapkan bahwa calon ekpsortir harus menggunakan bahasa Arab dalam deskpripsi produknya, termasuk mengisi kolom-kolom yang diminta pada saat registrasi online seperti nomor HS, country of origin, target usia dan target penggunaan produk, dll.
Kehadiran para narasumber Saudi ini merupakan bagian dari upaya KJRI Jeddah untuk membantu para calon-calon eksportir Indonesia melakukan penetrasi pasar di Saudi. Dr. Gunawan, Direktur Indonesian Trade Promotion Centre (ITPC) Jeddah, menjelaskan, “KJRI Jeddah menyadari bahwa banyak kendala yang dihadapi pengusaha Indonesia di Saudi, terutama terkait standar impor.” Oleh karena itu, penjelasan teknis dari pakar Saudi diharapkan membantu.
“Disamping itu, KJRI Jeddah juga terus menggalang kerja sama dengan Saudi Food and Drug Authority dan Saudi Accreditation and Standardization Organization (SASO) terkait dengan keberterimaan hasil pengukuran, dan pengujian standar halal produk Indonesia,” pungkas Gunawan.
Di penghujung seminar, Konjen RI berpesan bahwa pihaknya di KJRI Jeddah membuka diri untuk membantu dan berbagi informasi kepada para pengusaha Indonesia terkait peluang dan tantangan pasar Kerajaan Arab Saudi. [RN]