NEW YORK, (Panjimas.com) — Wali Kota New York City, Bill de Blasio baru-baru ini mengungkapkan ancaman bom terhadap CNN dan tokoh penting Partai Demokrat. Menurutnyam tindakan ini adalah sebuah teror. Ancaman bom juga menyasar mantan presiden AS Barack Obama dan mantan menlu Hillary Clinton.
Pihak berwenang pada Rabu (24/10) mengatakan bom diduga dikirim ke sejumlah lokasi di New York, wilayah Washington DC, dan Florida.
“Ini adalah upaya untuk meneror dan meruntuhkan kebebasan pers serta para pemimpin negara ini melalui tindakan kekerasan,” ujar de Blasio.
“Untuk semua pejabat publik, untuk semua afiliasi partisan – jangan mendorong kekerasan, jangan mendorong kebencian, jangan mendorong serangan pada media. Anda dapat tidak setuju tetapi Anda harus menghormati,” papar de Blasio.
FBI mengatakan penyelidikan yang sedang berlangsung dan telah dijadikan prioritas tertinggi. Penyidik telah mengidentifikasi lima paket berisi perangkat yang dirakit serupa.
Salah satu paket itu dikonfirmasi sebagai bom pipa yang ditemukan di rumah filantropis liberal dan pemodal George Soros dua hari lalu. Kantor CNN di New York juga dievakuasi pada Rabu (23/10) pagi setelah sebuah bom dikirim ke kantor tersebut.
Berbicara di Gedung Putih, Presiden AS Donald Trump mengatakan ancaman semacam ini tidak memiliki tempat di Amerika. “Keamanan rakyat Amerika adalah prioritas tertinggi dan absolut saya,” jelasnya.
“Di masa-masa ini kita hanya perlu bersatu. Kita harus bersatu dan mengirim satu pesan yang sangat jelas bahwa ancaman atau tindakan kekerasan politik dalam bentuk apa pun tidak memiliki tempat di Amerika,” tukasnya.
Semua target dari teror bom itu pernah mendapat kritikan dari kaum konservatif, termasuk dari Presiden Trump. Beberapa pendukung Trump mengatakan mereka yakin ancaman teror itu adalah bagian dari rencana Partai Demokrat untuk memenangkan suara dalam pemilu jangka menengah.
Belum ada bukti yang ditemukan kasus tersebut dan polisi belum mengeluarkan informasi tentang tersangka. Ancaman-ancaman itu terjadi kurang dari dua pekan sebelum pemungutan suara dalam dunia politik AS yang sangat terpolarisasi.
Menurut pernyataan terbaru FBI, perangkat peledak dikirim kepada mantan menteri luar negeri Hillary Clinton, mantan Presiden Barack Obama, mantan Direktur CIA yang juga penanggung jawab CNN John Brennan, mantan Jaksa Agung Eric Holder, dan George Soros (dua hari sebelumnya). Mereka diduga dikirimi bom pipa.
Komisaris Polisi New York James O’Neill juga mengatakan penegak hukum sedang menyelidiki amplop berisi bubuk putih, yang ditemukan dalam paket bom yang dikirim ke CNN. Dinas Rahasia AS mengatakan dalam sebuah pernyataan, mereka mengevakuasi paket yang ditujukan kepada Clinton pada 23 Oktober.
“Pagi ini, 24 Oktober 2018, paket kedua yang ditujukan ke kediaman mantan Presiden Barack Obama dicegat oleh personil Dinas Rahasia di Washington, DC,” tulis pernyataan itu.
“Kedua paket itu dicegat sebelum dikirim ke lokasi yang dimaksudkan. Target tidak menerima paket atau berisiko menerimanya,” tulis pernyataan tersebut.
Media AS mengatakan paket yang ditujukan untuk Holder dikirim ke alamat yang salah dan dikembalikan ke kantor kongres di Sunrise, Florida. Sementara paket untuk Brennan dikirim ke CNN pada Rabu (23/10).
Di Florida, Clinton menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Dinas Rahasia AS dan mengatakan dia dan keluarganya baik-baik saja.
“Ini adalah saat yang menyusahkan. Ini menimbulkan perpecahan yang dalam dan kami harus melakukan semua yang kami bisa untuk memajukan negara kami bersama. Kami juga harus memilih kandidat yang akan mencoba melakukan hal yang sama,” ujar Clinton, dikutip dari BBC.[IZ]