PALU (Panjimas.com) – Pasca gempa dan tsunami yang terjadi Palu, sejumlah lembaga sosial, ormas dan komunitas yang bergerak di bidang kemanusiaan, mengirim para relawannya untuk memberi bantuan logistik kepada saudara-saudaranya di beberapa titik gempa yang jauh sekalipun. Mengingat, masih ada wilayah yang belum tersentuh bantuan, dikarenakan lokasinya yang jauh dan medan yang berat.
Menjadi tantangan tersendiri, sejumlah NGO tetap memberi bantuan ke beberapa tempat terjadinya gempa. Disaat mendistribusikan bantuan, ada kabar tak sedap yang menimpa para relawan kemanusiaan itu. Mereka terjebak longsor. Kendaraan yang mereka tumpangi, terpaksa tak bisa melanjutkan perjalanan.
Kabar yang kami terima, Tim Relawan Hilmi FPI yang berangkat dari Posko Induk FPI Palu (Pukul 08.00 WITA) menuju desa Tomodo, Kecamatan. Lindu, Kabupaten Sigi, mengalami kendala tertimpa tanah longsor bergerak, akibat hujan deras. Sehingga tidak bisa maju ataupun mundur. Dikabarkan, beberapa relawan tertimbun dan pingsan.
“Saat ini pukul 21.46 dengan menggunakan 8 sepeda motor, dipimpin langsung oleh Ustadz Sugianto Kaemudin, meluncur ke daerah tersebut untuk mencoba memberikan pertolongan. Di posisi lainnya di jalur yang sama, berjarak 3 km dari Tim Relawan Hilmi FPI Palu, Tim Relawan Hilmi FPI Kalsel baru saja meminta bantuan dari Tim Relawan Hilmi FPI Palu, bahwa mereka juga tertimbun longsor. Kami mohon doanya,” demikian info dari Koordinator Tim Medis Hilmi FPI, Dr.Robby H via whatsupp.
Selain Tim relawan Hilmi FPI, tujuh orang relawan Wahdah Peduli juga terjebak longsor sejak semalam di Lindu, Kabupaten Sigi. Mereka selamat, dan belum bisa kembali ke Posko Induk via darat. Sementara ini sedang mencari jalan alternatif sambil menunggu helikopter yang antar bantuan logistik untuk ikut pulang ke Palu.. (20/10).
“Ada 7 relawan, termasuk 1 tim media, terhalang longsor di daerah Lindu. Sudah malam kedua mereka disana. Rencananya pagi ini, mereka menunggu helikopter yang sering antar bantuan kesana untuk mengevakuasi relawan yang terjebak longsor menuju Palu. Tapi kalo memang helikopternya tidak ada, terpaksa mereka berinisiatif jalan kaki, sekitar 3 sampai 4 jam untuk bisa keluar dari lokasi itu. Mohon doanya,” kata Muhammad Khairil Al Fath, salahsatu tim relawan Lazis Wahdah mengabarkan dari Palu.
Relawan lain yang terjebak longsor akibat hujam deras, adalah teman-teman relawan dari Wahana Muda Indonesia (WMI) yang berasal dari Jakarta. “Teman-teman mohon doanya, tim WMI terjebak longsor setelah kirim bantuan dari Tompe Bugis. Saat ini posisi tim ada di desa Namo, dekat Posko Al-Khairat, dan terpaksa bermalam disana. Al akh Bilal dari forum jurnalis muslim (forjim) ikut dlm rombongan,” kata Budi Setiawan, relawan WMI mengabarkan.
Sementara itu, Bilal melalui akun facebooknya, menulis dalam statusnya” “Saya kaget, setiba di desa tujuan (Salua) ternyata dikabarkan kami termasuk tim relawan yang tertimbun longsor di Pegunungan Sigi, Sulteng. Alhamdulillah wa syukurillah, kami masih hidup dan diberikan kesempatan untuk beramal oleh Allah. Walaupun, kami hampir mati saat menembus jalur maut sepanjang 20 KM (divideo masih hitung 15 KM) yang tertimbun longsor sepanjang jalan dengan berjalan kaki, manjat, merayap dan berlari.
“Entah bagaimana, saya yang kurang olahraga, sudah tidak pernah long march, tiba-tiba kuat berjalan sampai 20 KM lebih hingga jemputan tim tiba. Alhamdulillah berkat kemurahan Allah Swt,” tukas Bilal. (des)